Senin, 24 September 2012

PERBANDINGAN PEMIKIRAN TEOLOGI SIFAT-SIFAT TUHAN DAN KEHENDAK MUTLAK DAN KEADILAN TUHAN

Diposting oleh Unknown di 09.26 0 komentar
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
       Adanya perbedaan pendapat dalam aliran-aliran ilmu kalam mengenai kekuatan akal, fungsi wahyu, dan kebebasan atau kehendak dan perbuatan manusia telah memunculkan pula perbedaan pendapat tentan kehendak mutlak dan keadilan Tuhan.
Persoalan lain yang menjadi bahan perdebatan di antara aliran-aliran kalam adalah masalah sifat-sifat Tuhan. Tarik –menarik di antara aliran-aliran kalam dalam menyelesaikan dalam persoalan ini, tampaknya dipicu oleh truth claim yang di bangun atas dasar kerangka berfikir masing-masing dan klaim menauhidkan Allah. Tiap –tiap aliran mengaku bahwa fahamnya dapat menyucikan dan memelihara keesaan Allah.
       Faham keadilan Tuhan, dalam pemikiran kalam, bergantung pada pandangan, apakah manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan berbuat? Ataukah manusia itu hanya terpaksa saja? Perbedaan pandangan terhadap bebas atau tidaknya manusia ini menyebabkan perbedaan penerapan makna keadilan, yang sama-sama disepakati mengandung arti meletakkan sesuatu pada tempatnya.
       Aliran kalam rasional yang menekankan kebebasan manusia cenderung memahami keadilan Tuhan dari sudut kepentingan, sedangkan aliran kalam tradisional yang memberi tekanan pada ketidakbebasan manusia di tengah kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, cenderung memahami keadilan tuhan d ari sudut Tuhan sebagai alam semesta.
Di samping faktor-faktor di atas, perbedaan aliran-aliran kalam dalam persoalan kehendak mutlak dan keadilan Tuhan ini didasari pula oleh perbedaan pehaman terhadap kekuatan akal dan fungsi wahyu. Bagi aliran yang berpendapat bahwa akal mempuyai daya yang besar. Kekuasaan Tuhan pada hakikatnya tidak lagi bersifat mutlak semutlak-mutlaknya. Adapun aliran yang berpendapat sebaliknya berpendapat bahwa kekuasaan dan kehendak Tuhan tetap bersifat mutlak.
2.     Rumusan masalah
1.     Apa saja yang berkaitan dengan perbandingan pemikiran teologi?
2.     Perbandingan antar aliran sifat-sifat Tuhan?
3.     Perbandingan antar aliran kehendak mutlak Tuhan dan keadilan Tuhan?

3.     Tujuan
Dengan di tulisnya makalah ini penulis bertujuan memberikan penjelasan tentang pengertian, perbandingan pemikiran teologi tentang antar aliran yang mencakup tentang sifat-sifat Tuhan, juga memberikan penjelasan tentang perbandingan antar aliran kehendak mutlak Tuhan dan keadilan Tuhan. Pangkal persolan kehendak mutlak dan keadilan Tuhan sebagai pencipta alam semesta, sebagai pencipta alam, Tuhan haruslah mengatasi segala yang ada, bahkan harus mmelampaui segala aspek yang ada itu.
Penulis berharap dapat membantu memberikan sedikit penjelasan tentang materi tersebut, dengan tujuan untuk membantu memberikan pemahamn  makna dan istilah-istilah dalam perbandingan teologi.

BAB II
PEMBAHASAN

v  Tentang Sifat –Sifat Tuhan
          Pertentangan paham antara kaum mu’tazilah dengan kaum asy’ariyah dalam masalah ini berkisar sekitar persoalan apakah Tuhan mempunyai sifat atau tidak.
1.  Mu’tazilah
          Kaum mu’tazilah mencoba menyelesaikan persoalan ini dengan mengatakan bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat. Definisi mereka  tentang Tuhan, sebagaimana  dijelaskan oleh al-asy’ari, bersifat negatif. Tuhan tidak mempunyai pengetahuan, tidak mempunyai kekuasaan, tidak mempunyai hajat dan sebagainya. Ini tidak berarti bahwa Tuhan bagi mereka tidak mengetahui, tidak berkuasa, tidak hidup dan sebagainya. Tuhan tetap mengetahui, berkuasa,dan sebagainya, tetapi mengetahui, berkuasa, dan sebagainya tersebut bukanlah sifat dalam arti kata sebenarnya.[1]
Ø Pandangan tokoh-tokoh mu’tazilah tentang sifat-sifat Tuhan :
          Arti “Tuhan mengetahui“ kata Abu al-huzail,ialah Tuhan mengetahui dengan perantara pengetahuan dan pengetahuan tersebut adalah Tuhan sendiri. Dengan demikian, pengetahuan Tuhan sebagaimana dijelaskan oleh Abu huzail adalah Tuhan sendiri, yaitu dzat atau esensi Tuhan.
          Arti “Tuhan mengetahui dengan esensinya” kata al-jubba’i, ialah untuk mengetahui, Tuhan tidak berhajat kepada suatu sifat dalam bentuk pengetahuan atau keadaan mengetahui.
          Sebaliknya Abu hasyim berpendapat bahwa arti “Tuhan mengetahui melalui esensinya”, ialah Tuhan mempunyai keadaan mengetahui.
2.  Asy’ariyah
          Kaum Ay’ariyah membawa penyelesaian yang berlawanan dengan mu’tazilah di atas. Mereka dengan tegas mengatakan bahwa Tuhan mempunyai sifat. Menurut al-asy’ari sendiri tidak dapat di ingkari bahwa Tuhan mempunyai sifat karena perbuatan-perbuatanya, disamping menyatakan Tuhan mengetahui, menghendaki, berkuasa, dan sebagainya juga menyatakan bahwa Tuhan mempunyai pengetahuan, kemauan, dan daya.
          Dan menurut al- baghdadi, terdapat konsesus di kalangan kaum asy’ariah bahwa daya, pengetahuan, hayat, kemauan, pendengaran, penglihatan dan sabda Tuhan adalah kekal.
          Sifat –sifat ini kata al- ghazali, tidaklah sama dengan, malahan lain dari, esensi Tuhan, tetapi berwujud dalam esensi itu sendiri.
          Uraian –uraian ini juga membawa paham banyak yang kekal, dan untuk mengatasinya kaum asy’ariah mengatakan bahwa sifat-sifat itu bukanlah Tuhan, tetapi tidak pula lain dari Tuhan.[2]
3.  Maturidiyah
          Kaum maturidiyah golongan bukhara, karena juga mempertahankan kekuasaan mutlak Tuhan, berpendapat bahwa Tuhan mempunyai sifa-sifat. Persoalan banyak yang kekal, mereka selesaikan dengan mengatakan bahwa sifat-sifat Tuhan kekal melalui kekekalan sifat-sifat itu sendiri, juga dengan mengatakan bahwa Tuhan bersama-sama sifat-Nya kekal,tetapi sifat-sifat itu sendiri tidaklah kekal.
          Sedangkan kaum maturidiyah golongan samarkand dalam hal ini kelihatanya tidak sepaham dengan mu’tazilah karena al- matuiridi mengatakan bahwa sifat bukanlah Tuhan tetapi pula tidak lain dari Tuhan.[3]
         
v  Tentang kehendak mutlak dan keadilan Tuhan
          Pangkal persoalan kehendak mutlak dan keadilan Tuhan adalah keberadaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Sebagai pencipta alam, Tuhan haruslah mengatasi segala yang ada, bahkan harus melampaui segala aspek yang ada itu. Ia adalah eksistensi yang mempunyai kehendak dan kekuasaan yang tidak terbatas karena tidak ada eksistensi lain yang mengatasi dan melampaui eksistensi-Nya.[4]
1.  Mu’tazilah
          Kaum mu’tazilah mengatakan bahwa kekuasaan Tuhan sebenarnya tidak mutlak lagi. Ketidak mutlakan kekuasaan Tuhan itu disebabkan oleh kebebasan yang diberikan Tuhan terhadap manusia srta adanya hukum alam ( sunatullah ) yang menurut Al- Qur’an. Oleh sebab itu, dalam pandangan mu’tazilah kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan berlaku dalam jalur hukum-hukum yang tersebar di tengah alam semesta. Selanjutnya, aliran mu’tazilah mengatakan, sebagaimana yang dijelaskan oleh Abd Al-jabbar bahwa keadilan Tuhan mengandung arti Tuhan tidak berbuat dan tidak memilih yang buruk, tidak melalaikan kewajiban-kewajiban-Nya kepada manusia, dan segala perbuatan-Nya adalah baik.[5]
2.  Asy’ariyah
          Kaum asy’ariyah , karena percaya pada kemutlakan kekuasaan Tuhan, berpendapat bahwa perbuatan Tuhan tidak mempunyai tujuan. Yang mendorong Tuhan untuk berbuat sesuatu semata-mata adalah kekuasaan dan kehendak mutlak-Nya dan bukan karena kepentingan manusia atau tujuan yang lain. Mereka mengartikan eadilan dengan menempatkan sesuatu pada tempat yang sebenarnya, yaitu mempunyai kekuasaan mutlak terhadap harta yang dimiliki serta mempergunakanya sesuai dengan kehendak-Nya.
Karena menekankan kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, aliran asy’ariyah memberi makna keadilan keadilan Tuhan dengan pemahaman bahwa Tuhan mempunyai kekuasaan mutlak terhadap makhluk-Nya dan dapat berbuat sekehendak hati-Nya.[6]
3.  Maturidiyah
          Dalam memahami kehendak mutlak dan keadilan Tuhan, aliran ini terpisah menjadi dua, yaitu maturidiyah samarkand dan maturidiyah bukhara. Pemisahan ini disebabkan perbedaan keduanya dalam menentukan porsi penggunaan akal dan pemberian batas terhadap kekuasaan mutlak Tuhan. Kaum maturidiyah samarkand mempunyai posisi yang lebih dekat kepada mu’tazilah,tetapi kekuatan akal dan batasan yang diberikan kepada kekuasaan mutlak Tuhan lebih kecil daripada yang diberikan aliran mu’tazilah.
          Kehendak mutlak Tuhan, menurut maturidiyah samarkand,dibatasi oleh keadilan Tuhan. Tuhan adil mengandung arti bahwa segala perbuatan-Nya adalah baik dan tidak mampu untuk berbuat buruk serta tidak mengabaikan kewajiban-kewajiban-Nya terhadap manusia.
          Adapun maturidiyah bukhara berpendapat bahwa Tuhan mempunyai kekuasaan mutlak. Tuhan berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya dan menentukan segala-galanya. Tidak ada yang dapat menentang atau memaksa Tuhan dan tidak ada larangan bagi Tuhan.
          Dengan demikian dapat diambil pengertian bahwa keadilan Tuhan terletak pada kehendak mutlak-Nya, tak ada satu dzat pun yang lebih berkuasa daripada-Nya dan tidak ada batasan-batasan bagi-Nya. Aliran maturidiyah samarkand lebih dekat dekat dengan asy’ariyah.
          Lebih jauh lagi, maturidiyah bukhara berpendapat bahwa ketidak adilan Tuhan haruslah di pahami dalam konteks kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Secara jelas, al- bazdawi mengatakan bahwa Tuhan tidak mempunyai tujuan dan tidak mempunyai unsur pendorong untuk menciptakan kosmos, Tuhan berbuat sekehendak-Nya sendiri. Ini berarti, bahwa alam tidak diciptakan Tuhan untuk kepentingan manusia atau dengan kata lain, konsep keadilan Tuhan bukan diletakkan untuk kepentingan manusia, tetapi pada Tuhan sebagai pemilik mutlak.[7]  


KESIMPULAN
       Adanya perbedaan pendapat dalam aliran-aliran ilmu kalam mengenai kekuatan akal, fungsi wahyu, dan kebebasan atau kehendak dan perbuatan manusia telah memunculkan pula perbedaan pendapat tentan kehendak mutlak dan keadilan Tuhan. Persoalan lain yang menjadi bahan perdebatan di antara aliran-aliran kalam adalah masalah sifat-sifat Tuhan.
Semua uraian tersebut di atas menunjukkan bahwa dalam faham mu’tazilah kekusaan mutlak tuhan mempunyai batasan-batasan. Adapun kaum maturidi golongan bukhara’ menganut pendapat bahwa tuhan mempunyai kekuasaan mutlak. Maturidiah golongan samarkan, tidaklah sekeras golongan bukhara’. Maka dari itu tidak perlu ditegaskan bahwa yang menentukan batasan-batasan itu bukanlah dzat selain dari tuhan, karena diatas tuhan tidak ada suatu dzatpun yang lebih berkuasa. Tuhan adalah diatas segala-galanya. Batasan-batasan itu di tentukan oleh tuhan sendiri dan dengan kemauan-Nya sendiri pula.


DAFTAR PUSTAKA

1.  Nasution Harun. 2010. Teologi Islam. UI Press: Jakarta
2.  Rozak Abdul, Anwar Rosihan. 2011. Ilmu Kalam. CV. Pustaka Setia: Bandung







[1] Harun Nasution, Teologi Islam, UI Press, Jakarta, 2010, hlm. 135
[2] Ibid, hlm 136
[3] Ibid, hlm 137
[4] Abdul Razaq dan Rasihan Anwar, Ilmu Kalam, CV. Pustaka Setia, Bandung, 2011, hlm. 181
[5] Ibid. Hlm. 182
[6] Ibid. Hlm. 184-185
[7] Ibid. Hlm.186-187

Kamis, 28 Juni 2012

CURHAtAn GHuE,.,!!!

Diposting oleh Unknown di 08.34 0 komentar
nie smua apa yang gwe rasain skrang bwt orng yang selalu gwe sayang tpi bodohnya orang itu udh gag perduli ma gwe lgi,.,.
gwe g tw hruz brkata apa lgi untuk mengungkapkan segala rasa gelisah yang ada di hati gwe ini,.,.,
yang gwe bsa lakukan hnya mncurahkan smua isi hti gwe dsni,.,
dri dlu gwe sudah  bilang klow gwe udah sangat2 cape' dengan semua perasaan yang gwe rasain bwat loe ini,.
yang tak jua loe mau mengerti and menghargai perasaan gwe ini,.
tpi gwe nyadar bnget kug klow emnk udh gag da tmpat sdikitpun di hti loe bwat gwe,.,.
mngkin hti loe ckrang nich udh di hiasin ma orng yang emnk bener2 bsa ngebahagiain loe,,.,
and gwe hruz bsa nrima smua itu,.
jujur aja sbenernya hati gwe nich rsanya sangat hancur dengan perlakuan loe sekarang ini,,.,
loe udh banyak bnget berubah, and sangat berbeda,,.,
udah gag seperti dulu lagi,,.,. dan gwe sngat skit hruz mnerima smua knyataan yang ada pada diri loe sekarang ini,,.,.
nmun apalah daya gwe yang paztinya udah gag bsa berbuat apa2 lgi sma loe,.
sekarang ini trserah apa yang loe mau buat gwe udh gag bsa ngelarang loe lagi, mskipun akhirnya smua ntuch terasa skit bwat gwe,.
kadang gwe bsa nyadar and bisa lepas dri byangan loe,,.,
tpi kadang pula gwe inget lgi ma loe yang selalu bsa bwat gwe bhagia mskipun hnya sdikit kbahagiaan yang elo brikan bwt gwe,,.,.
nmun smua itu sungguh terasa berarti bwat gwe,.,.,
gwe gag tau knpa perasaan gwe nich smpe' sgene dalemnya bwat elo,and mirisnya elo udah gag mau tau lagi tntang ntuch smua,,.,.
loe itu sbenernya tau apa emank pura2 gag tau sich,. ,.,
KLOW GWE TUCH MCIEH SAYANG BANGET SAMA ELO,.,.,.
knpa elo berlagak tuli and gag ngelihat ketulusan gwe,.,.
knpa elo lbih mmilih cri yang laen lgi,.,.
pdahal dsini jlas2 msih ada gwe yang selalu ada bwt elo,.
gwe gag yakin klow ada orng lain yang bisa nyayangin elo ,.,
ngelebihin dari rsa sayang gwe ini ke elo ini,.,.
truz gmna sma nsib cnta gwe ini yang mcih selalu bwt loe,.,
gwe haruz ngapain bwt ngebuank semua rasa ini bwt elo,,.
gwe mcih truz aja brharap bwt bsa dket sma loe lgi ,.,.
tpi itu smua sia2 krna elo akn smakin ngejauh dri gwe,.,.
sekarang ini gwe ngrasa klow elo cuma manfaatin ktulusan gwe bwt elo,.,
elo menyalah gunain kebaikan yang gwe kcih bwat elo,.,.
elo hnya akn mncul jka elo btuh sesuatu dri gwe,.,
selain itu loe udah gag prnah ada bwat gue lgi,.,
enth elo ada dmna, gwe udh gag tau lgy,.,
mngkin emnk prhtyan elo udh tercurah bwt cwe' laen yang elo sayangin sekarang,.,.
saat ini gwe hnya berharap agar secepatnya bsa lepas dari smua bayang2 elo and ada orang yang bisa ganti'in posisi elo di hti gwe ini,.
gwe brharap swatu saat nnti, tpi enth kapan, ada seorng cwo' yang lbih segala- galanya dari elo yang bisa bahagiain gwe and gag bwat gwe nangis lgy,.,.
sbenrnya agwe udh bnci bnget sma elo krna elo slalu bkin gwe nangis and sdih gag da hbisnya,.,
tpi bodohnya gwe smua rsa bnci gwe itu selalu dikalahin sama rasa sayang gwe yang amat terlalu bsar bwat elo.,.,.,
gwe gag tau hruz brbuat apa lgy,.,. hikz,.,. hikz,.,. hikz,.,.
PLEASE HELP ME,.,.!!!!!!!

Selasa, 26 Juni 2012

sOMeThiNg,.,.!!!

Diposting oleh Unknown di 00.24 0 komentar
Tersenyumlah saat kau mengingatku,,.
karena saat itu aku sangat merindukanmu,,.
dan menangislah saat kau merindukanku,.,.
karena saat itu aku tak berada di sampingmu,.,.
tetapi pejamkanlah mata indahmu itu,..,.
karena saat itu aku akan terasa ada di dekatmu,.,.
karena aku telah berada di hatimu untuk selamanya,.,.
tak ada yang tersisa lagi untukku,.,.
selain kenangan2 yang indah bersamamu,.,.
mata indah yang denganya aku biasa melihat keindahan cinta,.,.,
mata indah yang dahulu adalah milikku,.,.
kini semuanya terasa jauh meninggalkanku,.,.
kehidupan terasa kosong tanpa keindahanmu,.,.,
hati, cinta dan rinduku adalah milikmu,,.,
cintamu tak kan pernah membebaskanku,..,.
bagaimana mungkin aku terbang mencari cinta yang lain,.,.,
saat sayap2q tlah patah karenamu,.,,
cintamu akan tetap tinggal bersamaku,.,.
hingga akhir hayatku dan setelah kematian,.,.,
hingga tangan tuhan akan menyatukan kita lagi .,.,.,
betapaun hati telah terpikat pada sosok terang dalam kegelapan,.,.,.
yang tengah menghidupkan sinar hidupku,.,.,
namun tak dapat menyinari,.,.
dan menghangatkan perasaanku yang sesungguhnya,,.,.,
aku tidak pernah bisa menemukan cinta yang lain selain cintamu,.,,.
karena mereka tak tertandingi oleh sosok dirimu dalam jiwaku,,.
kau tak kan pernah terganti,.,.,
bagai pecahan logam mengekalkan kesunyian,,.,.. kesendirian ,.,.
,dan kesedihanku kini aku telah kehilanganmu,,,,,,,,

GomBaLAn AMu,.,!!

Diposting oleh Unknown di 00.13 0 komentar

Memang aku sudah gila nur,. tapi semua ini gara-gara cintamu.Berapa kali ku harus bilang kalau aku cinta kamu,.tapi apa yang kamu beri,.kau selalu mrnolak cinta aku.Aku gak ingin apa-apa lagi,ku mohon kau mengerti,ku hanya ingin cinta yg tulus dan ikhlas darimu nur.aku rela mati demi kamu nur,bahkan aku rela gantung diri dari pohon tomat kalau kamu sampai tidak menerimaku nur,ku mohon dan mohon,tolong jangan kau tolak cinta dan ketulusan hatiku ini nur.
SEKIAN N WASSALAM

                                                                                                          
By : ms

FrOm YOu,.,.!!

Diposting oleh Unknown di 00.11 0 komentar

Bgiku kmUw 2 bUlan,yg uDh nErangi n nMenin mlam2 aq,q gk taw lW sEandaiX bUln gk bRsinar,hidup aq,jiWa aq,n hAti aq psti gElap,.
TeTplh bRsinar n brPijar,jgn biarkn aq cNdrie,.
SinariLah stYp lngKah hdUpq,jgn biarkN q tRsest n kHilngan aRah,.
KiSah mSa laLu udh cKup bwat bLajr n mNgrti,hiDup gk akn  sLmaX tTap,q ykin n taw..
SwaTu saAt nanti q Kn trUskn pRjlnan hIdup aq,smpAi saAt i2 tbA,.
saAt dMna langKah kaKiku kn tRhnti,n sAat dMn mAta ne kn tRpejam. . .
Maka dri i2,jgn pRnah bRhnti n leLah tk siNari hdUp aq,.
hrTa n kEkyaAn bkaNlh sgalAx,tp pny tmen kya’ kmUw,i2 lbh brhRga dr hRta n kektaAn d dNia ne. . .

‘aLways bE mY bEst friend 4evEr’


                                                                                                              By : ms

Senin, 25 Juni 2012

Sebait Rintihan Kata: TENTANG CINTA

Diposting oleh Unknown di 05.40 0 komentar
Sebait Rintihan Kata: TENTANG CINTA:   Berkisah tentang cinta kita dahulu,, Benar telah ada sebentuk hasrat untuk selamanya,, Ku sandarkan sebentuk kasih pada sosok indahm...

Sebait Rintihan Kata: Jauh Hatimu,,??!

Diposting oleh Unknown di 05.39 0 komentar
Sebait Rintihan Kata: Jauh Hatimu,,??!: Perlahan tapi pasti,,, Aku merasakan dirimu yang kian jauh dari hatiku,,,,!!! Tlah ku c0ba berpaling dari fikirku yang kini menyudutk...

PEMIKIRAN TEOLOGI AL-QADARIYAH

Diposting oleh Unknown di 05.30 0 komentar

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
            Faham Qadariyah bukanlah dalam pengertian takdir yang umum dipakai oleh bangsa Arab yang mengatakan bahwa nasib manusia telah ditentukan terlebih dahulu. Menurut bangsa Arab, Manusia hanya bertindak menurut nasib yang telah ditentukan semenjak azal terhadap dirinya. Adapun dalam faham Qadariyah, Takdir itu adalah ketentuan Allah yang diciptakan-Nya untuk alam semesta beserta seluruh isinya semenjak azal.
            Aliran Qadariyah berpendapat bahwa tidak ada alasan yang tepat menyandarkan segala perbuatan manusia kepada perbuatan Tuhan. Aliran qadariyah menyatakan bahwa semua tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri, Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan segala perbuatannya baik perbuatan yang baik maupun perbuatan yang buruk. Karena itu,
Ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan berhak pula menerima hukuman atas kejahatan yang dilakukannya.

B.     Rumusan Masalah
Dari Latar Belakang diatas,kita dapat mengambil beberapa Rumusan masalah, yaitu sebagai berikut:
1.     Apa pengertian dari faham qadariyah?
2.     Jelaskan Asal-usul munculnya faham qadariyah?
3.     Jelaskan Doktrin-doktrin yang terkandung dalam faham qadariyah?

C.     Tujuan
1.     Agar dapat memahami dan mengerti pengertian dari faham qadariyah
2.     Agar dapat mengerti asal-usul faham qadariyah
3.     Agar dapat mengetahui doktrin-doktrin faham qadariyah


BAB II
PEMBAHASAN
A.QADARIYAH
1.    Pengertian dan Asal Usul Kemunculan Qadariyah
            Qadariyah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata qadara yang artinya kemampuan dan kekuatan.[1] Adapun menurut pengertian terminologi, Qadariyah adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan. Aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya: Ia dapat  berbuat sesuatu  atau meninggalkannya  atas kehendaknya sendiri.[2]  Berdasarkan pengertian tersebut, dapat difahami bahwa Qadariyah dipakai untuk nama suatu aliran yang memberi  penekanan atas kebebasan dan  kekuatan manusia dalam mewujudkan  perbuatan-perbuatannya. Dalam Hal ini Harun Nasution menegaskan bahwa kaum Qadariyah berasal dari pengertian bahwa  manusia mempunyai qudrah  atu kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan.[3]
            Seharusnya, sebutan Qadariyah diberikan kepada aliran yang berpendapat bahwa qadar menentukan segala tingkah laku manusia, baik yang bagus maupun yang jahat. Namun, sebutan tersebut telah melekat kaum sunni, yang percaya bahwa manusia mempunyai kebebasan berkehendak.[4] Menurut Ahmad Amin, Sebutan ini diberikan kepada para pengikut faham qadar oleh lawan mereka dengan merujuk hadits yang menimbulkan kesan negatif bagi nama Qadariyah.[5] Hadits itu berbunyi:
ا لقدرية مجوس هذه الأمة                                                   
Artinya: “ Kaum Qadariyah adalah majusiyah umat ini.[6]
            Menurut Ahmad Amin, ada ahli teologi yang mengatakan bahwa Qadariyah pertama kali dimunculkan oleh Ma’bad Al-Jauhani dan Ghailan Ad-Dimassyqy.[7] Ma’bad adalah seorang taba’i yang dapat dipercaya dan pernah berguru pada Hasan Al-Basri.[8] Adapun Ghailan adalah seorang orator berasal dari Damaskus dan ayahnya menjadi maulana Usman bin Affan.[9]
            Ibnu Nabatah dalam kitabnya Syarh Al-Uyun, seperti  dikutip Ahmad Amin, memberikan informasi lain bahwa yang pertama kali memunculkan faham Qadariyah  adalah orang Irak yang semula beragama Kristen kemudian masuk Islam dan balik lagi ke agama Kristen. Maka dari sinilah Ma’bad dan Ghailan mengambil faham ini .[10]
            Sementara itu, W. Montgomery Watt menemukan dokumen lain melalui tulisan Hellmut Ritter menjelaskan bahwa faham Qadariyah terdapat dalam kitab Risalah dan ditulis untuk Khalifah Abdul Malik oleh Hasan Al Basri sekitar tahun 700 M. Hasan Al Basri percaya bahwa manusia dapat memilih secara bebas antara baik dan buruk.[11]
            Ma’bad Al Juhaini dan Ghailan ad-Dimasyqi,menurut Watt,adalah penganut Qadariyah yang hidup setelah Hasan Al-Basri.[12] Kalau dihubungkan  dengan keterangan Adz-Dzahabi dalam Mizan Al-I’ti’dal, seperti dikutip Ahmad Amin yang menyatakan bahwa Ma’bad Al-Jauhani pernah belajar pada Hasan Al-Bashri. Dengan demikian, keterangan yang ditulis oleh Ibn Nabatah dalam Syahrul Al-Uyun bahwa faham Qadariyah berasal dari orang Irak Kristen yang masuk Islam dan kemudian kembali kepada Kristen, adalah rekayasa yang tidak sependapat dengan faham ini agar orang-orang tidak tertarik dengan fikiran Qadariyah.
            Berkaitan dengan persoalan pertama kalinya faham qadariyah muncul, ada baiknya bila meninjau kembali pendapat Ahmad Amin yang menyatakan kesulitan untuk menentukannya. Banyak peneliti yang tidak menyetujui mengenai hal ini di karenakan penganut Qadariyah pada saat itu terlalu banyak. Sebagian terdapat di Irak dengan bukti bahwa gerakan ini terjadi pada pengajian Hasan Al-Basri. Pendapat ini di perkuat oleh Ibn Nabatah bahwa yang mencetuskan pendapat pertama tentang masalah ini adalah seorang Kristen dari Irak yang telah masuk Islam dan pendapatnya itu di ambil oleh Ma’bad Al-Juhaini dan Ghailan Ad-Dimasyqi. Sedangkan ada yang berpendapat bahwa faham ini muncul di Damaskus. Diduga disebabkan oleh pengaruh orang-orang Kristen yang banyak di pekerjakan di Istana-istana Khalifah pada saat itu.[13]
            Faham Qadariyah mendapat tantangan keras dari umat Islam pada saat itu. Ada beberapa hal yang mengakibatkan terjadinya reaksi keras ini, Pertama, seperti pendapat Harun Nasution, Karena masyarakat Arab sebelum Islam Kelihatanya dipengaruhi oleh faham fatalis. Pada saat itu kehidupan bangsa Arab mengalami kepayahan. Mereka pada saat itu hidup dengan sederhana dan jauh dari pengetahuan. Mereka merasa dirinya lemah dan tak mampu menghadapi kesukaran hidup yang di timbulkan oleh alam dan sekelilingnya. Faham itu terus dianut walau mereka sudah menjadi orang Islam. Karena ketika faham Qadariyah dikembangkan,mereka tidak bisa menerimanya. Faham Qadariyah dianggap bertentangan dengan doktrin Islam.
            Kedua, tantangan dari pemerintahan pada waktu itu. Tantangan ini bisa saja terjadi karena rapa pejabat pemerintahan menganut faham Jabariyah. Tetapi ada juga kemungkinan bahwa Pejabat Pemerintahan menganut Faham Qadariyah sebagai usaha menyebarkan faham dinamis dan daya kritis rakyat.

2.Doktrin-doktrin Qadariyah

            Dalam kitab Al-Milal wa An-Nihal, pembahasan mengenai Qadariyah di satukan dengan doktrin-doktrin Mu’tazilah. Sehinggga perbedaan antara kedua aliran ini kurang begitu jelas.[14] Doktrin Qadariyah lebih luas di bahas lebih luas di kupas oleh kalangan Mu’tazilah sebab faham ini percaya  bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tindakan tanpa campur tangan Tuhan.[15]
            Harun Nasution menjelasakan pendapat Ghailan tentang doktrin Qadariyah bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatanya. Manusia sendirilah yang melakukan  baik atas kehendak dan kekuasaannya dan manusia sejndiri pula yang melakukan atau menjauhi perbuatan-perbuatan jahat ataskemauan dan dayanya sendiri.[16] An-Nazzam mengemukakan bahwa manusia hidup mempunyai dya. Selagi hidup manusia mempunyai daya, ia berkuasa atas segala perbuatannya.[17]
            Dapat dipahami bahwa faham Qadariyah pada dasarnya menyatakan bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendakanya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik maupun perbuatan yang jahat. Makanya, Ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukanyadan juga berhak pula memperoleh hukuman atas kejahatan yang diperbuatnya.
            Faham takdir dalam pandangan Qadariyah adalah ketentuan Allah yang diciptakan-Nya bagi alam semesta beserta seluruh isinya, sejak Azali, yaitu hukum yang dalam Al-Quran adalah Sunnatullah.
            Keyakinan tauhid tanpa penalaran bukan termasuk iman. Maksudnya, bahwa pengetahuan awal yaitu mengenal Allah, bersifat obligatoris, maksudnya alamiah. Oleh karena itu, ia bukan termasuk keimanan bahwa didapat melalui penalarnan dan pembuktian, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Al-Asy’ari.
            Ahmad Amin dalam kitabnya Fajrul Islam , mengemukakan pokok-pokok ajaran Qadariyah itu adalah:
1.     Orang yang berdosa besar itu bukan kafir dan bukan mukmin, tapi fasiq dan masuk neraka.
2.     Allah SWT tidak menciptakan amal perbuatan manusia.
3.     Yang menciptakan amal perbuatannya. Jika amalnya baik maka akan masuk surga, Allah tidak mempunyai sifat-sifat Azaly, seperti Ilmu,Kudrat,hayat,mendengar,melihat yang bukan dengan zat-Nya sendiri. Menurut mereka Allah itu mengetahui,berkuasa,hidup,mendengar,dan melihat dengan Zat-Nya sendiri.
4.     Bahwa akal manusia mampu mampu mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak baik.
3.Tokoh dan Ajaran Qadariyah

a.     Ajaran Ma’bad al-Juhaini
Perbuatan manusia diciptakan atsa kehendaknya sendiri oleh karena itu ia bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Tuhan sama sekali tidak ikut berperan serta dalam perbuatan manusia. Bahkan Tuhan sebelumnya tidak mengetahui apa yang mau dilakukan oleh manusia. Kecuali setelah perbuatan itu dilakukan, barulah Tuhan mengetahuinya.
b.     Ajaran Ghailan al-Dimasyqi
1.     Manusia menentukan perbuatannya dengan kemauannya dan mampu berbuat baik dan buruk tanpa campur  tangan Tuhan. Iman adalah mengetahui dan mengakui Allah dan Rasul-Nya,sedangkan amal perbuatan tidak mempengaruhi iman.
2.      Al-Quran itu Makhluk.
3.     Allah tidak mempunyai sifat.
4.     Iman adalah hak semua orang bukan dominasi Quraisy, asal cakap berpegang teguh pada Al-Quran dan Al-Sunnah.[18]
            4.Dalil-Dalil Qadariyah
                        Banyak ayat-ayat Al-Quran yang dapat mendukung kepada faham Qadariyah umpamanya:
و قل ا لحق من ر بكم فمن شاء فليؤ من و من شاء فليكفر                                                    
Artinya: “Dan Katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu: Maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia berfikir”. (Al Kahfi [18]: 29)
ان الله لأ يغير ما يقو حتى يغيروا ما بأ نفسهم[19]                                     
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak meroboh keadaan sesuatu kaum sehingga mereka meroboh keadaan, yang ada pada diri mereka sendiri. “ (Q.S. Ar-Ra’d [13]: 11)
ا و لما ا صا بتكم مصيبة قد أ صبتم مثليها قلتم أ نى هذا قل هو من عند أنفسهم[20]         
Artinya: “Adakah patut, ketika kamu ditimpa musibah (pada Perang Uhud), padahal telah mendapat kemenangan dua kali (pada Perang Badar), lalu kamu berkata: Dari manakah bahaya ini? Katakanlah, sebabnya dari kesalahan kamu sendiri. “

            Tuhan tidak akan merobah keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka, artinya bahwa manusia berkuasa untuk melakukan perbuatan-perbuatan atas kehendak dan kekuasaannya sendiri dan manusia pula yang melakukan atau tidak melakukan perbuatan-perbuatan jahat atas kemampuan dan dayanya sendiri. Manusia tidak dikendalikan seperti wayang yang digerakkan oleh dalang tetapi dapat dipilih.
و من يكسب اثما فا نما يكسبه على نفسه وكان الله عليما حكيما[21]               
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan dosa, Maka Sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri. Dan Allah Maha mengrtahui lagi Maha Bijiksana. “
اعملوا ما شئم انه بما تعملون بصير[22]                                  
Artinya: “Buatlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya Ia melihat apa yang kamu perbuat. “
ما كا نوا ليؤمنوا الأ ان يشاء ا لله[23]                                        
Artinya: “ Mereka sebenarnya tidak akan percaya, sekiranya Allah tidak menghendaki.”
و ا لله خلقكم و ما تعملون[24]                                           
Artinya: “Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat.”
ومااصاب من مصيبة فى الأرض ولأفى انفسكم الأفى كتاب من قبل ان نبر اها[25]         
Artinya: “Tidak ada bencana yang menimpa bumi dan diri kamu, kecuali telah (ditentukan) di dalam buku sebelum kami wujudkan.”

                   Sungguhpun demikian aliran tersebut tidaklah berjalan mulus begitu saja tanpa adanya tantangan-tantangan. Banyak kritik ditujukan kepadanya, tetapi para pengikutnya rupanya tidak begitu surut, sebab faham Qadariyah dianggap lebih rasional.
                  

   

BAB III
PENUTUP
a.     Kesimpulan
            Qadariyah merupakan faham yang percaya bahwa tindakan manusia tidak diintervensi dengan Tuhan. Faham ini percaya bahwa manusia mampu menciptakan perbuatannya sendiri tanpa campur tangan Tuhan dan meninggalkan perbuatannya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan segala perbuatan atas  kehendaknya sendiri, baik perbuatan yang baik maupun perbuatan yang buruk. Manusia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannnya dan dia berhak mendapatkan hukuman atas apa yang dilanggarnya. Faham Qadariyah berpendapat bahwa tidak ada alasan yang tepat untuk menyandarkan segala perbuatan manusia kepada Tuhan. Faham ini dalam pengajarannya tidak berjalan mulus, tetapi faham ini mendapatkan tantangan yang begitu besar. Faham Qadariyah lebih dianggap rasional yang lambat laun diteruskan oleh Mu’tazilah yang berupaya menjunjung tinggi martabat manusia sebagai khalifah fi al-ardl, yang akan mempertanggungjawabkan segala perbuatannya, dan tidak berupaya mensucikan Allah dari sifat-sifat yang tidak layak.

A.    Saran
            Dari kesimpulan tersebut dapat kita ambil pelajaran mengenai faham qadariyah, kita sebagai umat islam yang mempunyai pedoman masing-masing haruslah berpegang teguh pada ajaran masing-masing yang di anut, agar keselarasan dalam umat muslim beragama dapat terjalin dengan baik.

 
DAFTAR PUSTAKA

·       Rozak, Abdul. dan Anwar, Rosihon. Ilmu Kalam. Pustaka Setia. Bandung: 2003.
·       Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel. Ilmu Kalam. IAIN Sunan Ampel Press Surabaya. Surabaya: 2011.
·       Nasution, Harun. Teologi Islam. Universitas Indonesia Press. Jakarta: 1986.


[1]  Luwis Ma’luf Al-Yusu’i, Al-Munjid, Al-Khatahulikiyah, Beirut, 1945, hlm. 436:lihat juga Hans Wehr, A Dictionary of Modern Writen Arabic, Wlesbanden, 1971, hlm.745.
[2]  Al-Yusu’i, op.cit, hlm.436.
[3]  Nasution, Teologi Islam........hlm.31.
[4]  W. Montgomery Watt, Islamic Philophy and Theology: An Extended Survey, Harrassowitz, Edinburgh Univercity, 1992, hlm.25.
[5]  Ahmad Amin, Fajr Al-Islam, maktabah An-Nahdhah Al-Misriyah Li ashhabihah Hasan Muhammad wa Auladhihi, Kairo, hlm.284.
[6]  Hadits ini terdapat dalam Sunan Abu Daud, “Kitab As-Sunnah, “bab 16, Fi Al-Qadr, dan dalam Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, Juz II liafadz Al-Hadits An-Nabawi, Juz V, E.J. Brill, Leiden, 1965, hal 318.
[7]  Ahmad Amin, op.cit, hlm.284
[8]  Ibid.
[9]  Ibid.
[10]  Ibid.



[11]  Watt, op.cit, hlm.25.
[12]  Ibid.. hlm.28.
[13]  Ahmad Amin, op. Cit. Hlm. 286..
[14]  Asy-Syahratani, op. Cit.. hlm. 85.
[15]  Ahmad Amin, op. Cit., hlm. 287.
[16]  Harun Nasution . Tologi Islam, hlm.31.
[17]  Al-Ghurabi, op. Cit., hlm.201
[18]  Ali Musthafa al-Ghurabi, Tarikh al-Firaq al-Islamiyah. (Mesir : Maktabah wa Mathba’ah Muhammad AliSabih wa Auladih, t.t), 34-35
[19] . Q.S. Ali Imran : 165
[20]  Ali ‘Imran, (3) – 164.
[21]  Q.S. An-Nisa, (4) - 111
[22]  Fussilat, (41) – 40.
[23]  Al-An’am, (6) – 112.
[24]  Al-Saffat, (37) - 96
[25]  Al-Hadid, (57) - 22

PERBANDINGAN PEMIKIRAN TEOLOGI SIFAT-SIFAT TUHAN DAN KEHENDAK MUTLAK DAN KEADILAN TUHAN

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
       Adanya perbedaan pendapat dalam aliran-aliran ilmu kalam mengenai kekuatan akal, fungsi wahyu, dan kebebasan atau kehendak dan perbuatan manusia telah memunculkan pula perbedaan pendapat tentan kehendak mutlak dan keadilan Tuhan.
Persoalan lain yang menjadi bahan perdebatan di antara aliran-aliran kalam adalah masalah sifat-sifat Tuhan. Tarik –menarik di antara aliran-aliran kalam dalam menyelesaikan dalam persoalan ini, tampaknya dipicu oleh truth claim yang di bangun atas dasar kerangka berfikir masing-masing dan klaim menauhidkan Allah. Tiap –tiap aliran mengaku bahwa fahamnya dapat menyucikan dan memelihara keesaan Allah.
       Faham keadilan Tuhan, dalam pemikiran kalam, bergantung pada pandangan, apakah manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan berbuat? Ataukah manusia itu hanya terpaksa saja? Perbedaan pandangan terhadap bebas atau tidaknya manusia ini menyebabkan perbedaan penerapan makna keadilan, yang sama-sama disepakati mengandung arti meletakkan sesuatu pada tempatnya.
       Aliran kalam rasional yang menekankan kebebasan manusia cenderung memahami keadilan Tuhan dari sudut kepentingan, sedangkan aliran kalam tradisional yang memberi tekanan pada ketidakbebasan manusia di tengah kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, cenderung memahami keadilan tuhan d ari sudut Tuhan sebagai alam semesta.
Di samping faktor-faktor di atas, perbedaan aliran-aliran kalam dalam persoalan kehendak mutlak dan keadilan Tuhan ini didasari pula oleh perbedaan pehaman terhadap kekuatan akal dan fungsi wahyu. Bagi aliran yang berpendapat bahwa akal mempuyai daya yang besar. Kekuasaan Tuhan pada hakikatnya tidak lagi bersifat mutlak semutlak-mutlaknya. Adapun aliran yang berpendapat sebaliknya berpendapat bahwa kekuasaan dan kehendak Tuhan tetap bersifat mutlak.
2.     Rumusan masalah
1.     Apa saja yang berkaitan dengan perbandingan pemikiran teologi?
2.     Perbandingan antar aliran sifat-sifat Tuhan?
3.     Perbandingan antar aliran kehendak mutlak Tuhan dan keadilan Tuhan?

3.     Tujuan
Dengan di tulisnya makalah ini penulis bertujuan memberikan penjelasan tentang pengertian, perbandingan pemikiran teologi tentang antar aliran yang mencakup tentang sifat-sifat Tuhan, juga memberikan penjelasan tentang perbandingan antar aliran kehendak mutlak Tuhan dan keadilan Tuhan. Pangkal persolan kehendak mutlak dan keadilan Tuhan sebagai pencipta alam semesta, sebagai pencipta alam, Tuhan haruslah mengatasi segala yang ada, bahkan harus mmelampaui segala aspek yang ada itu.
Penulis berharap dapat membantu memberikan sedikit penjelasan tentang materi tersebut, dengan tujuan untuk membantu memberikan pemahamn  makna dan istilah-istilah dalam perbandingan teologi.

BAB II
PEMBAHASAN

v  Tentang Sifat –Sifat Tuhan
          Pertentangan paham antara kaum mu’tazilah dengan kaum asy’ariyah dalam masalah ini berkisar sekitar persoalan apakah Tuhan mempunyai sifat atau tidak.
1.  Mu’tazilah
          Kaum mu’tazilah mencoba menyelesaikan persoalan ini dengan mengatakan bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat. Definisi mereka  tentang Tuhan, sebagaimana  dijelaskan oleh al-asy’ari, bersifat negatif. Tuhan tidak mempunyai pengetahuan, tidak mempunyai kekuasaan, tidak mempunyai hajat dan sebagainya. Ini tidak berarti bahwa Tuhan bagi mereka tidak mengetahui, tidak berkuasa, tidak hidup dan sebagainya. Tuhan tetap mengetahui, berkuasa,dan sebagainya, tetapi mengetahui, berkuasa, dan sebagainya tersebut bukanlah sifat dalam arti kata sebenarnya.[1]
Ø Pandangan tokoh-tokoh mu’tazilah tentang sifat-sifat Tuhan :
          Arti “Tuhan mengetahui“ kata Abu al-huzail,ialah Tuhan mengetahui dengan perantara pengetahuan dan pengetahuan tersebut adalah Tuhan sendiri. Dengan demikian, pengetahuan Tuhan sebagaimana dijelaskan oleh Abu huzail adalah Tuhan sendiri, yaitu dzat atau esensi Tuhan.
          Arti “Tuhan mengetahui dengan esensinya” kata al-jubba’i, ialah untuk mengetahui, Tuhan tidak berhajat kepada suatu sifat dalam bentuk pengetahuan atau keadaan mengetahui.
          Sebaliknya Abu hasyim berpendapat bahwa arti “Tuhan mengetahui melalui esensinya”, ialah Tuhan mempunyai keadaan mengetahui.
2.  Asy’ariyah
          Kaum Ay’ariyah membawa penyelesaian yang berlawanan dengan mu’tazilah di atas. Mereka dengan tegas mengatakan bahwa Tuhan mempunyai sifat. Menurut al-asy’ari sendiri tidak dapat di ingkari bahwa Tuhan mempunyai sifat karena perbuatan-perbuatanya, disamping menyatakan Tuhan mengetahui, menghendaki, berkuasa, dan sebagainya juga menyatakan bahwa Tuhan mempunyai pengetahuan, kemauan, dan daya.
          Dan menurut al- baghdadi, terdapat konsesus di kalangan kaum asy’ariah bahwa daya, pengetahuan, hayat, kemauan, pendengaran, penglihatan dan sabda Tuhan adalah kekal.
          Sifat –sifat ini kata al- ghazali, tidaklah sama dengan, malahan lain dari, esensi Tuhan, tetapi berwujud dalam esensi itu sendiri.
          Uraian –uraian ini juga membawa paham banyak yang kekal, dan untuk mengatasinya kaum asy’ariah mengatakan bahwa sifat-sifat itu bukanlah Tuhan, tetapi tidak pula lain dari Tuhan.[2]
3.  Maturidiyah
          Kaum maturidiyah golongan bukhara, karena juga mempertahankan kekuasaan mutlak Tuhan, berpendapat bahwa Tuhan mempunyai sifa-sifat. Persoalan banyak yang kekal, mereka selesaikan dengan mengatakan bahwa sifat-sifat Tuhan kekal melalui kekekalan sifat-sifat itu sendiri, juga dengan mengatakan bahwa Tuhan bersama-sama sifat-Nya kekal,tetapi sifat-sifat itu sendiri tidaklah kekal.
          Sedangkan kaum maturidiyah golongan samarkand dalam hal ini kelihatanya tidak sepaham dengan mu’tazilah karena al- matuiridi mengatakan bahwa sifat bukanlah Tuhan tetapi pula tidak lain dari Tuhan.[3]
         
v  Tentang kehendak mutlak dan keadilan Tuhan
          Pangkal persoalan kehendak mutlak dan keadilan Tuhan adalah keberadaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Sebagai pencipta alam, Tuhan haruslah mengatasi segala yang ada, bahkan harus melampaui segala aspek yang ada itu. Ia adalah eksistensi yang mempunyai kehendak dan kekuasaan yang tidak terbatas karena tidak ada eksistensi lain yang mengatasi dan melampaui eksistensi-Nya.[4]
1.  Mu’tazilah
          Kaum mu’tazilah mengatakan bahwa kekuasaan Tuhan sebenarnya tidak mutlak lagi. Ketidak mutlakan kekuasaan Tuhan itu disebabkan oleh kebebasan yang diberikan Tuhan terhadap manusia srta adanya hukum alam ( sunatullah ) yang menurut Al- Qur’an. Oleh sebab itu, dalam pandangan mu’tazilah kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan berlaku dalam jalur hukum-hukum yang tersebar di tengah alam semesta. Selanjutnya, aliran mu’tazilah mengatakan, sebagaimana yang dijelaskan oleh Abd Al-jabbar bahwa keadilan Tuhan mengandung arti Tuhan tidak berbuat dan tidak memilih yang buruk, tidak melalaikan kewajiban-kewajiban-Nya kepada manusia, dan segala perbuatan-Nya adalah baik.[5]
2.  Asy’ariyah
          Kaum asy’ariyah , karena percaya pada kemutlakan kekuasaan Tuhan, berpendapat bahwa perbuatan Tuhan tidak mempunyai tujuan. Yang mendorong Tuhan untuk berbuat sesuatu semata-mata adalah kekuasaan dan kehendak mutlak-Nya dan bukan karena kepentingan manusia atau tujuan yang lain. Mereka mengartikan eadilan dengan menempatkan sesuatu pada tempat yang sebenarnya, yaitu mempunyai kekuasaan mutlak terhadap harta yang dimiliki serta mempergunakanya sesuai dengan kehendak-Nya.
Karena menekankan kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, aliran asy’ariyah memberi makna keadilan keadilan Tuhan dengan pemahaman bahwa Tuhan mempunyai kekuasaan mutlak terhadap makhluk-Nya dan dapat berbuat sekehendak hati-Nya.[6]
3.  Maturidiyah
          Dalam memahami kehendak mutlak dan keadilan Tuhan, aliran ini terpisah menjadi dua, yaitu maturidiyah samarkand dan maturidiyah bukhara. Pemisahan ini disebabkan perbedaan keduanya dalam menentukan porsi penggunaan akal dan pemberian batas terhadap kekuasaan mutlak Tuhan. Kaum maturidiyah samarkand mempunyai posisi yang lebih dekat kepada mu’tazilah,tetapi kekuatan akal dan batasan yang diberikan kepada kekuasaan mutlak Tuhan lebih kecil daripada yang diberikan aliran mu’tazilah.
          Kehendak mutlak Tuhan, menurut maturidiyah samarkand,dibatasi oleh keadilan Tuhan. Tuhan adil mengandung arti bahwa segala perbuatan-Nya adalah baik dan tidak mampu untuk berbuat buruk serta tidak mengabaikan kewajiban-kewajiban-Nya terhadap manusia.
          Adapun maturidiyah bukhara berpendapat bahwa Tuhan mempunyai kekuasaan mutlak. Tuhan berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya dan menentukan segala-galanya. Tidak ada yang dapat menentang atau memaksa Tuhan dan tidak ada larangan bagi Tuhan.
          Dengan demikian dapat diambil pengertian bahwa keadilan Tuhan terletak pada kehendak mutlak-Nya, tak ada satu dzat pun yang lebih berkuasa daripada-Nya dan tidak ada batasan-batasan bagi-Nya. Aliran maturidiyah samarkand lebih dekat dekat dengan asy’ariyah.
          Lebih jauh lagi, maturidiyah bukhara berpendapat bahwa ketidak adilan Tuhan haruslah di pahami dalam konteks kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Secara jelas, al- bazdawi mengatakan bahwa Tuhan tidak mempunyai tujuan dan tidak mempunyai unsur pendorong untuk menciptakan kosmos, Tuhan berbuat sekehendak-Nya sendiri. Ini berarti, bahwa alam tidak diciptakan Tuhan untuk kepentingan manusia atau dengan kata lain, konsep keadilan Tuhan bukan diletakkan untuk kepentingan manusia, tetapi pada Tuhan sebagai pemilik mutlak.[7]  


KESIMPULAN
       Adanya perbedaan pendapat dalam aliran-aliran ilmu kalam mengenai kekuatan akal, fungsi wahyu, dan kebebasan atau kehendak dan perbuatan manusia telah memunculkan pula perbedaan pendapat tentan kehendak mutlak dan keadilan Tuhan. Persoalan lain yang menjadi bahan perdebatan di antara aliran-aliran kalam adalah masalah sifat-sifat Tuhan.
Semua uraian tersebut di atas menunjukkan bahwa dalam faham mu’tazilah kekusaan mutlak tuhan mempunyai batasan-batasan. Adapun kaum maturidi golongan bukhara’ menganut pendapat bahwa tuhan mempunyai kekuasaan mutlak. Maturidiah golongan samarkan, tidaklah sekeras golongan bukhara’. Maka dari itu tidak perlu ditegaskan bahwa yang menentukan batasan-batasan itu bukanlah dzat selain dari tuhan, karena diatas tuhan tidak ada suatu dzatpun yang lebih berkuasa. Tuhan adalah diatas segala-galanya. Batasan-batasan itu di tentukan oleh tuhan sendiri dan dengan kemauan-Nya sendiri pula.


DAFTAR PUSTAKA

1.  Nasution Harun. 2010. Teologi Islam. UI Press: Jakarta
2.  Rozak Abdul, Anwar Rosihan. 2011. Ilmu Kalam. CV. Pustaka Setia: Bandung







[1] Harun Nasution, Teologi Islam, UI Press, Jakarta, 2010, hlm. 135
[2] Ibid, hlm 136
[3] Ibid, hlm 137
[4] Abdul Razaq dan Rasihan Anwar, Ilmu Kalam, CV. Pustaka Setia, Bandung, 2011, hlm. 181
[5] Ibid. Hlm. 182
[6] Ibid. Hlm. 184-185
[7] Ibid. Hlm.186-187

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

CURHAtAn GHuE,.,!!!

nie smua apa yang gwe rasain skrang bwt orng yang selalu gwe sayang tpi bodohnya orang itu udh gag perduli ma gwe lgi,.,.
gwe g tw hruz brkata apa lgi untuk mengungkapkan segala rasa gelisah yang ada di hati gwe ini,.,.,
yang gwe bsa lakukan hnya mncurahkan smua isi hti gwe dsni,.,
dri dlu gwe sudah  bilang klow gwe udah sangat2 cape' dengan semua perasaan yang gwe rasain bwat loe ini,.
yang tak jua loe mau mengerti and menghargai perasaan gwe ini,.
tpi gwe nyadar bnget kug klow emnk udh gag da tmpat sdikitpun di hti loe bwat gwe,.,.
mngkin hti loe ckrang nich udh di hiasin ma orng yang emnk bener2 bsa ngebahagiain loe,,.,
and gwe hruz bsa nrima smua itu,.
jujur aja sbenernya hati gwe nich rsanya sangat hancur dengan perlakuan loe sekarang ini,,.,
loe udh banyak bnget berubah, and sangat berbeda,,.,
udah gag seperti dulu lagi,,.,. dan gwe sngat skit hruz mnerima smua knyataan yang ada pada diri loe sekarang ini,,.,.
nmun apalah daya gwe yang paztinya udah gag bsa berbuat apa2 lgi sma loe,.
sekarang ini trserah apa yang loe mau buat gwe udh gag bsa ngelarang loe lagi, mskipun akhirnya smua ntuch terasa skit bwat gwe,.
kadang gwe bsa nyadar and bisa lepas dri byangan loe,,.,
tpi kadang pula gwe inget lgi ma loe yang selalu bsa bwat gwe bhagia mskipun hnya sdikit kbahagiaan yang elo brikan bwt gwe,,.,.
nmun smua itu sungguh terasa berarti bwat gwe,.,.,
gwe gag tau knpa perasaan gwe nich smpe' sgene dalemnya bwat elo,and mirisnya elo udah gag mau tau lagi tntang ntuch smua,,.,.
loe itu sbenernya tau apa emank pura2 gag tau sich,. ,.,
KLOW GWE TUCH MCIEH SAYANG BANGET SAMA ELO,.,.,.
knpa elo berlagak tuli and gag ngelihat ketulusan gwe,.,.
knpa elo lbih mmilih cri yang laen lgi,.,.
pdahal dsini jlas2 msih ada gwe yang selalu ada bwt elo,.
gwe gag yakin klow ada orng lain yang bisa nyayangin elo ,.,
ngelebihin dari rsa sayang gwe ini ke elo ini,.,.
truz gmna sma nsib cnta gwe ini yang mcih selalu bwt loe,.,
gwe haruz ngapain bwt ngebuank semua rasa ini bwt elo,,.
gwe mcih truz aja brharap bwt bsa dket sma loe lgi ,.,.
tpi itu smua sia2 krna elo akn smakin ngejauh dri gwe,.,.
sekarang ini gwe ngrasa klow elo cuma manfaatin ktulusan gwe bwt elo,.,
elo menyalah gunain kebaikan yang gwe kcih bwat elo,.,.
elo hnya akn mncul jka elo btuh sesuatu dri gwe,.,
selain itu loe udah gag prnah ada bwat gue lgi,.,
enth elo ada dmna, gwe udh gag tau lgy,.,
mngkin emnk prhtyan elo udh tercurah bwt cwe' laen yang elo sayangin sekarang,.,.
saat ini gwe hnya berharap agar secepatnya bsa lepas dari smua bayang2 elo and ada orang yang bisa ganti'in posisi elo di hti gwe ini,.
gwe brharap swatu saat nnti, tpi enth kapan, ada seorng cwo' yang lbih segala- galanya dari elo yang bisa bahagiain gwe and gag bwat gwe nangis lgy,.,.
sbenrnya agwe udh bnci bnget sma elo krna elo slalu bkin gwe nangis and sdih gag da hbisnya,.,
tpi bodohnya gwe smua rsa bnci gwe itu selalu dikalahin sama rasa sayang gwe yang amat terlalu bsar bwat elo.,.,.,
gwe gag tau hruz brbuat apa lgy,.,. hikz,.,. hikz,.,. hikz,.,.
PLEASE HELP ME,.,.!!!!!!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

sOMeThiNg,.,.!!!

Tersenyumlah saat kau mengingatku,,.
karena saat itu aku sangat merindukanmu,,.
dan menangislah saat kau merindukanku,.,.
karena saat itu aku tak berada di sampingmu,.,.
tetapi pejamkanlah mata indahmu itu,..,.
karena saat itu aku akan terasa ada di dekatmu,.,.
karena aku telah berada di hatimu untuk selamanya,.,.
tak ada yang tersisa lagi untukku,.,.
selain kenangan2 yang indah bersamamu,.,.
mata indah yang denganya aku biasa melihat keindahan cinta,.,.,
mata indah yang dahulu adalah milikku,.,.
kini semuanya terasa jauh meninggalkanku,.,.
kehidupan terasa kosong tanpa keindahanmu,.,.,
hati, cinta dan rinduku adalah milikmu,,.,
cintamu tak kan pernah membebaskanku,..,.
bagaimana mungkin aku terbang mencari cinta yang lain,.,.,
saat sayap2q tlah patah karenamu,.,,
cintamu akan tetap tinggal bersamaku,.,.
hingga akhir hayatku dan setelah kematian,.,.,
hingga tangan tuhan akan menyatukan kita lagi .,.,.,
betapaun hati telah terpikat pada sosok terang dalam kegelapan,.,.,.
yang tengah menghidupkan sinar hidupku,.,.,
namun tak dapat menyinari,.,.
dan menghangatkan perasaanku yang sesungguhnya,,.,.,
aku tidak pernah bisa menemukan cinta yang lain selain cintamu,.,,.
karena mereka tak tertandingi oleh sosok dirimu dalam jiwaku,,.
kau tak kan pernah terganti,.,.,
bagai pecahan logam mengekalkan kesunyian,,.,.. kesendirian ,.,.
,dan kesedihanku kini aku telah kehilanganmu,,,,,,,,

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

GomBaLAn AMu,.,!!


Memang aku sudah gila nur,. tapi semua ini gara-gara cintamu.Berapa kali ku harus bilang kalau aku cinta kamu,.tapi apa yang kamu beri,.kau selalu mrnolak cinta aku.Aku gak ingin apa-apa lagi,ku mohon kau mengerti,ku hanya ingin cinta yg tulus dan ikhlas darimu nur.aku rela mati demi kamu nur,bahkan aku rela gantung diri dari pohon tomat kalau kamu sampai tidak menerimaku nur,ku mohon dan mohon,tolong jangan kau tolak cinta dan ketulusan hatiku ini nur.
SEKIAN N WASSALAM

                                                                                                          
By : ms

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

FrOm YOu,.,.!!


Bgiku kmUw 2 bUlan,yg uDh nErangi n nMenin mlam2 aq,q gk taw lW sEandaiX bUln gk bRsinar,hidup aq,jiWa aq,n hAti aq psti gElap,.
TeTplh bRsinar n brPijar,jgn biarkn aq cNdrie,.
SinariLah stYp lngKah hdUpq,jgn biarkN q tRsest n kHilngan aRah,.
KiSah mSa laLu udh cKup bwat bLajr n mNgrti,hiDup gk akn  sLmaX tTap,q ykin n taw..
SwaTu saAt nanti q Kn trUskn pRjlnan hIdup aq,smpAi saAt i2 tbA,.
saAt dMna langKah kaKiku kn tRhnti,n sAat dMn mAta ne kn tRpejam. . .
Maka dri i2,jgn pRnah bRhnti n leLah tk siNari hdUp aq,.
hrTa n kEkyaAn bkaNlh sgalAx,tp pny tmen kya’ kmUw,i2 lbh brhRga dr hRta n kektaAn d dNia ne. . .

‘aLways bE mY bEst friend 4evEr’


                                                                                                              By : ms

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sebait Rintihan Kata: TENTANG CINTA

Sebait Rintihan Kata: TENTANG CINTA:   Berkisah tentang cinta kita dahulu,, Benar telah ada sebentuk hasrat untuk selamanya,, Ku sandarkan sebentuk kasih pada sosok indahm...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sebait Rintihan Kata: Jauh Hatimu,,??!

Sebait Rintihan Kata: Jauh Hatimu,,??!: Perlahan tapi pasti,,, Aku merasakan dirimu yang kian jauh dari hatiku,,,,!!! Tlah ku c0ba berpaling dari fikirku yang kini menyudutk...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PEMIKIRAN TEOLOGI AL-QADARIYAH


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
            Faham Qadariyah bukanlah dalam pengertian takdir yang umum dipakai oleh bangsa Arab yang mengatakan bahwa nasib manusia telah ditentukan terlebih dahulu. Menurut bangsa Arab, Manusia hanya bertindak menurut nasib yang telah ditentukan semenjak azal terhadap dirinya. Adapun dalam faham Qadariyah, Takdir itu adalah ketentuan Allah yang diciptakan-Nya untuk alam semesta beserta seluruh isinya semenjak azal.
            Aliran Qadariyah berpendapat bahwa tidak ada alasan yang tepat menyandarkan segala perbuatan manusia kepada perbuatan Tuhan. Aliran qadariyah menyatakan bahwa semua tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri, Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan segala perbuatannya baik perbuatan yang baik maupun perbuatan yang buruk. Karena itu,
Ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan berhak pula menerima hukuman atas kejahatan yang dilakukannya.

B.     Rumusan Masalah
Dari Latar Belakang diatas,kita dapat mengambil beberapa Rumusan masalah, yaitu sebagai berikut:
1.     Apa pengertian dari faham qadariyah?
2.     Jelaskan Asal-usul munculnya faham qadariyah?
3.     Jelaskan Doktrin-doktrin yang terkandung dalam faham qadariyah?

C.     Tujuan
1.     Agar dapat memahami dan mengerti pengertian dari faham qadariyah
2.     Agar dapat mengerti asal-usul faham qadariyah
3.     Agar dapat mengetahui doktrin-doktrin faham qadariyah


BAB II
PEMBAHASAN
A.QADARIYAH
1.    Pengertian dan Asal Usul Kemunculan Qadariyah
            Qadariyah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata qadara yang artinya kemampuan dan kekuatan.[1] Adapun menurut pengertian terminologi, Qadariyah adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan. Aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya: Ia dapat  berbuat sesuatu  atau meninggalkannya  atas kehendaknya sendiri.[2]  Berdasarkan pengertian tersebut, dapat difahami bahwa Qadariyah dipakai untuk nama suatu aliran yang memberi  penekanan atas kebebasan dan  kekuatan manusia dalam mewujudkan  perbuatan-perbuatannya. Dalam Hal ini Harun Nasution menegaskan bahwa kaum Qadariyah berasal dari pengertian bahwa  manusia mempunyai qudrah  atu kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan.[3]
            Seharusnya, sebutan Qadariyah diberikan kepada aliran yang berpendapat bahwa qadar menentukan segala tingkah laku manusia, baik yang bagus maupun yang jahat. Namun, sebutan tersebut telah melekat kaum sunni, yang percaya bahwa manusia mempunyai kebebasan berkehendak.[4] Menurut Ahmad Amin, Sebutan ini diberikan kepada para pengikut faham qadar oleh lawan mereka dengan merujuk hadits yang menimbulkan kesan negatif bagi nama Qadariyah.[5] Hadits itu berbunyi:
ا لقدرية مجوس هذه الأمة                                                   
Artinya: “ Kaum Qadariyah adalah majusiyah umat ini.[6]
            Menurut Ahmad Amin, ada ahli teologi yang mengatakan bahwa Qadariyah pertama kali dimunculkan oleh Ma’bad Al-Jauhani dan Ghailan Ad-Dimassyqy.[7] Ma’bad adalah seorang taba’i yang dapat dipercaya dan pernah berguru pada Hasan Al-Basri.[8] Adapun Ghailan adalah seorang orator berasal dari Damaskus dan ayahnya menjadi maulana Usman bin Affan.[9]
            Ibnu Nabatah dalam kitabnya Syarh Al-Uyun, seperti  dikutip Ahmad Amin, memberikan informasi lain bahwa yang pertama kali memunculkan faham Qadariyah  adalah orang Irak yang semula beragama Kristen kemudian masuk Islam dan balik lagi ke agama Kristen. Maka dari sinilah Ma’bad dan Ghailan mengambil faham ini .[10]
            Sementara itu, W. Montgomery Watt menemukan dokumen lain melalui tulisan Hellmut Ritter menjelaskan bahwa faham Qadariyah terdapat dalam kitab Risalah dan ditulis untuk Khalifah Abdul Malik oleh Hasan Al Basri sekitar tahun 700 M. Hasan Al Basri percaya bahwa manusia dapat memilih secara bebas antara baik dan buruk.[11]
            Ma’bad Al Juhaini dan Ghailan ad-Dimasyqi,menurut Watt,adalah penganut Qadariyah yang hidup setelah Hasan Al-Basri.[12] Kalau dihubungkan  dengan keterangan Adz-Dzahabi dalam Mizan Al-I’ti’dal, seperti dikutip Ahmad Amin yang menyatakan bahwa Ma’bad Al-Jauhani pernah belajar pada Hasan Al-Bashri. Dengan demikian, keterangan yang ditulis oleh Ibn Nabatah dalam Syahrul Al-Uyun bahwa faham Qadariyah berasal dari orang Irak Kristen yang masuk Islam dan kemudian kembali kepada Kristen, adalah rekayasa yang tidak sependapat dengan faham ini agar orang-orang tidak tertarik dengan fikiran Qadariyah.
            Berkaitan dengan persoalan pertama kalinya faham qadariyah muncul, ada baiknya bila meninjau kembali pendapat Ahmad Amin yang menyatakan kesulitan untuk menentukannya. Banyak peneliti yang tidak menyetujui mengenai hal ini di karenakan penganut Qadariyah pada saat itu terlalu banyak. Sebagian terdapat di Irak dengan bukti bahwa gerakan ini terjadi pada pengajian Hasan Al-Basri. Pendapat ini di perkuat oleh Ibn Nabatah bahwa yang mencetuskan pendapat pertama tentang masalah ini adalah seorang Kristen dari Irak yang telah masuk Islam dan pendapatnya itu di ambil oleh Ma’bad Al-Juhaini dan Ghailan Ad-Dimasyqi. Sedangkan ada yang berpendapat bahwa faham ini muncul di Damaskus. Diduga disebabkan oleh pengaruh orang-orang Kristen yang banyak di pekerjakan di Istana-istana Khalifah pada saat itu.[13]
            Faham Qadariyah mendapat tantangan keras dari umat Islam pada saat itu. Ada beberapa hal yang mengakibatkan terjadinya reaksi keras ini, Pertama, seperti pendapat Harun Nasution, Karena masyarakat Arab sebelum Islam Kelihatanya dipengaruhi oleh faham fatalis. Pada saat itu kehidupan bangsa Arab mengalami kepayahan. Mereka pada saat itu hidup dengan sederhana dan jauh dari pengetahuan. Mereka merasa dirinya lemah dan tak mampu menghadapi kesukaran hidup yang di timbulkan oleh alam dan sekelilingnya. Faham itu terus dianut walau mereka sudah menjadi orang Islam. Karena ketika faham Qadariyah dikembangkan,mereka tidak bisa menerimanya. Faham Qadariyah dianggap bertentangan dengan doktrin Islam.
            Kedua, tantangan dari pemerintahan pada waktu itu. Tantangan ini bisa saja terjadi karena rapa pejabat pemerintahan menganut faham Jabariyah. Tetapi ada juga kemungkinan bahwa Pejabat Pemerintahan menganut Faham Qadariyah sebagai usaha menyebarkan faham dinamis dan daya kritis rakyat.

2.Doktrin-doktrin Qadariyah

            Dalam kitab Al-Milal wa An-Nihal, pembahasan mengenai Qadariyah di satukan dengan doktrin-doktrin Mu’tazilah. Sehinggga perbedaan antara kedua aliran ini kurang begitu jelas.[14] Doktrin Qadariyah lebih luas di bahas lebih luas di kupas oleh kalangan Mu’tazilah sebab faham ini percaya  bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tindakan tanpa campur tangan Tuhan.[15]
            Harun Nasution menjelasakan pendapat Ghailan tentang doktrin Qadariyah bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatanya. Manusia sendirilah yang melakukan  baik atas kehendak dan kekuasaannya dan manusia sejndiri pula yang melakukan atau menjauhi perbuatan-perbuatan jahat ataskemauan dan dayanya sendiri.[16] An-Nazzam mengemukakan bahwa manusia hidup mempunyai dya. Selagi hidup manusia mempunyai daya, ia berkuasa atas segala perbuatannya.[17]
            Dapat dipahami bahwa faham Qadariyah pada dasarnya menyatakan bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendakanya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik maupun perbuatan yang jahat. Makanya, Ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukanyadan juga berhak pula memperoleh hukuman atas kejahatan yang diperbuatnya.
            Faham takdir dalam pandangan Qadariyah adalah ketentuan Allah yang diciptakan-Nya bagi alam semesta beserta seluruh isinya, sejak Azali, yaitu hukum yang dalam Al-Quran adalah Sunnatullah.
            Keyakinan tauhid tanpa penalaran bukan termasuk iman. Maksudnya, bahwa pengetahuan awal yaitu mengenal Allah, bersifat obligatoris, maksudnya alamiah. Oleh karena itu, ia bukan termasuk keimanan bahwa didapat melalui penalarnan dan pembuktian, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Al-Asy’ari.
            Ahmad Amin dalam kitabnya Fajrul Islam , mengemukakan pokok-pokok ajaran Qadariyah itu adalah:
1.     Orang yang berdosa besar itu bukan kafir dan bukan mukmin, tapi fasiq dan masuk neraka.
2.     Allah SWT tidak menciptakan amal perbuatan manusia.
3.     Yang menciptakan amal perbuatannya. Jika amalnya baik maka akan masuk surga, Allah tidak mempunyai sifat-sifat Azaly, seperti Ilmu,Kudrat,hayat,mendengar,melihat yang bukan dengan zat-Nya sendiri. Menurut mereka Allah itu mengetahui,berkuasa,hidup,mendengar,dan melihat dengan Zat-Nya sendiri.
4.     Bahwa akal manusia mampu mampu mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak baik.
3.Tokoh dan Ajaran Qadariyah

a.     Ajaran Ma’bad al-Juhaini
Perbuatan manusia diciptakan atsa kehendaknya sendiri oleh karena itu ia bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Tuhan sama sekali tidak ikut berperan serta dalam perbuatan manusia. Bahkan Tuhan sebelumnya tidak mengetahui apa yang mau dilakukan oleh manusia. Kecuali setelah perbuatan itu dilakukan, barulah Tuhan mengetahuinya.
b.     Ajaran Ghailan al-Dimasyqi
1.     Manusia menentukan perbuatannya dengan kemauannya dan mampu berbuat baik dan buruk tanpa campur  tangan Tuhan. Iman adalah mengetahui dan mengakui Allah dan Rasul-Nya,sedangkan amal perbuatan tidak mempengaruhi iman.
2.      Al-Quran itu Makhluk.
3.     Allah tidak mempunyai sifat.
4.     Iman adalah hak semua orang bukan dominasi Quraisy, asal cakap berpegang teguh pada Al-Quran dan Al-Sunnah.[18]
            4.Dalil-Dalil Qadariyah
                        Banyak ayat-ayat Al-Quran yang dapat mendukung kepada faham Qadariyah umpamanya:
و قل ا لحق من ر بكم فمن شاء فليؤ من و من شاء فليكفر                                                    
Artinya: “Dan Katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu: Maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia berfikir”. (Al Kahfi [18]: 29)
ان الله لأ يغير ما يقو حتى يغيروا ما بأ نفسهم[19]                                     
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak meroboh keadaan sesuatu kaum sehingga mereka meroboh keadaan, yang ada pada diri mereka sendiri. “ (Q.S. Ar-Ra’d [13]: 11)
ا و لما ا صا بتكم مصيبة قد أ صبتم مثليها قلتم أ نى هذا قل هو من عند أنفسهم[20]         
Artinya: “Adakah patut, ketika kamu ditimpa musibah (pada Perang Uhud), padahal telah mendapat kemenangan dua kali (pada Perang Badar), lalu kamu berkata: Dari manakah bahaya ini? Katakanlah, sebabnya dari kesalahan kamu sendiri. “

            Tuhan tidak akan merobah keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka, artinya bahwa manusia berkuasa untuk melakukan perbuatan-perbuatan atas kehendak dan kekuasaannya sendiri dan manusia pula yang melakukan atau tidak melakukan perbuatan-perbuatan jahat atas kemampuan dan dayanya sendiri. Manusia tidak dikendalikan seperti wayang yang digerakkan oleh dalang tetapi dapat dipilih.
و من يكسب اثما فا نما يكسبه على نفسه وكان الله عليما حكيما[21]               
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan dosa, Maka Sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri. Dan Allah Maha mengrtahui lagi Maha Bijiksana. “
اعملوا ما شئم انه بما تعملون بصير[22]                                  
Artinya: “Buatlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya Ia melihat apa yang kamu perbuat. “
ما كا نوا ليؤمنوا الأ ان يشاء ا لله[23]                                        
Artinya: “ Mereka sebenarnya tidak akan percaya, sekiranya Allah tidak menghendaki.”
و ا لله خلقكم و ما تعملون[24]                                           
Artinya: “Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat.”
ومااصاب من مصيبة فى الأرض ولأفى انفسكم الأفى كتاب من قبل ان نبر اها[25]         
Artinya: “Tidak ada bencana yang menimpa bumi dan diri kamu, kecuali telah (ditentukan) di dalam buku sebelum kami wujudkan.”

                   Sungguhpun demikian aliran tersebut tidaklah berjalan mulus begitu saja tanpa adanya tantangan-tantangan. Banyak kritik ditujukan kepadanya, tetapi para pengikutnya rupanya tidak begitu surut, sebab faham Qadariyah dianggap lebih rasional.
                  

   

BAB III
PENUTUP
a.     Kesimpulan
            Qadariyah merupakan faham yang percaya bahwa tindakan manusia tidak diintervensi dengan Tuhan. Faham ini percaya bahwa manusia mampu menciptakan perbuatannya sendiri tanpa campur tangan Tuhan dan meninggalkan perbuatannya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan segala perbuatan atas  kehendaknya sendiri, baik perbuatan yang baik maupun perbuatan yang buruk. Manusia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannnya dan dia berhak mendapatkan hukuman atas apa yang dilanggarnya. Faham Qadariyah berpendapat bahwa tidak ada alasan yang tepat untuk menyandarkan segala perbuatan manusia kepada Tuhan. Faham ini dalam pengajarannya tidak berjalan mulus, tetapi faham ini mendapatkan tantangan yang begitu besar. Faham Qadariyah lebih dianggap rasional yang lambat laun diteruskan oleh Mu’tazilah yang berupaya menjunjung tinggi martabat manusia sebagai khalifah fi al-ardl, yang akan mempertanggungjawabkan segala perbuatannya, dan tidak berupaya mensucikan Allah dari sifat-sifat yang tidak layak.

A.    Saran
            Dari kesimpulan tersebut dapat kita ambil pelajaran mengenai faham qadariyah, kita sebagai umat islam yang mempunyai pedoman masing-masing haruslah berpegang teguh pada ajaran masing-masing yang di anut, agar keselarasan dalam umat muslim beragama dapat terjalin dengan baik.

 
DAFTAR PUSTAKA

·       Rozak, Abdul. dan Anwar, Rosihon. Ilmu Kalam. Pustaka Setia. Bandung: 2003.
·       Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel. Ilmu Kalam. IAIN Sunan Ampel Press Surabaya. Surabaya: 2011.
·       Nasution, Harun. Teologi Islam. Universitas Indonesia Press. Jakarta: 1986.


[1]  Luwis Ma’luf Al-Yusu’i, Al-Munjid, Al-Khatahulikiyah, Beirut, 1945, hlm. 436:lihat juga Hans Wehr, A Dictionary of Modern Writen Arabic, Wlesbanden, 1971, hlm.745.
[2]  Al-Yusu’i, op.cit, hlm.436.
[3]  Nasution, Teologi Islam........hlm.31.
[4]  W. Montgomery Watt, Islamic Philophy and Theology: An Extended Survey, Harrassowitz, Edinburgh Univercity, 1992, hlm.25.
[5]  Ahmad Amin, Fajr Al-Islam, maktabah An-Nahdhah Al-Misriyah Li ashhabihah Hasan Muhammad wa Auladhihi, Kairo, hlm.284.
[6]  Hadits ini terdapat dalam Sunan Abu Daud, “Kitab As-Sunnah, “bab 16, Fi Al-Qadr, dan dalam Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, Juz II liafadz Al-Hadits An-Nabawi, Juz V, E.J. Brill, Leiden, 1965, hal 318.
[7]  Ahmad Amin, op.cit, hlm.284
[8]  Ibid.
[9]  Ibid.
[10]  Ibid.



[11]  Watt, op.cit, hlm.25.
[12]  Ibid.. hlm.28.
[13]  Ahmad Amin, op. Cit. Hlm. 286..
[14]  Asy-Syahratani, op. Cit.. hlm. 85.
[15]  Ahmad Amin, op. Cit., hlm. 287.
[16]  Harun Nasution . Tologi Islam, hlm.31.
[17]  Al-Ghurabi, op. Cit., hlm.201
[18]  Ali Musthafa al-Ghurabi, Tarikh al-Firaq al-Islamiyah. (Mesir : Maktabah wa Mathba’ah Muhammad AliSabih wa Auladih, t.t), 34-35
[19] . Q.S. Ali Imran : 165
[20]  Ali ‘Imran, (3) – 164.
[21]  Q.S. An-Nisa, (4) - 111
[22]  Fussilat, (41) – 40.
[23]  Al-An’am, (6) – 112.
[24]  Al-Saffat, (37) - 96
[25]  Al-Hadid, (57) - 22

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
 

ChieZcHuA ChUtEzZ Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal