Senin, 09 Desember 2013

MAKALAH MANFAAT TASAWUF DALAM KEHIDUPAN MODERN

Diposting oleh Unknown di 08.40


PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN MASYARAKAT MODERN
Masyarakat modern terdiri dari dua kata, yaitu masyarakat dan modern. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta mengartikan sebagai pergaulan hidup manusia (hipunan orang yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tentu).[1] Sedangkan modern diartikan yang terbaru, secara baru, mutakhir. Dengan demikian secara harfiah masyarakat modern berarti suatu himpunan orang yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu yang bersifat mutakhir. Dengan demikian secara harfiah masyarakat modern berarti suatu himpunan orang yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu yang bersifat mutakhir.[2]
Masyarakat modern selanjutnya sering disebutkan sebagai lawan dari masyarakat tradisional. Delia Noer misalnya menyebutkan ciri-ciri modern sebagai berikut:
1.      Bersifat rasional, yakni lebih mengutamakan pendapat akal pikiran, daripada pendapat emosi.
2.      Berfikir untuk masa depan yang lebih jauh, tidak hanya memikirkan masalah yang bersifat sesaat.
3.      Menghargai waktu, yaitu selalu melihat bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat berharga.
4.      Bersikap terbuka, yakni mau menerima saran dan masukan.
5.      Berfikir obyektif, yakni melihat segala sesuatu dari sudut fungsi dan kegunaanya bagi masyarakat.[3]

B.     PROBLEMATIKA MASYARAKAT MODERN
Penggunaan iptek modern yang demikian itu masih lebih banyak dikendalikan oleh orang-orang yang secara moral kurang dapat dipertanggungjawabkan. Sikap hidup yang mengutamakan materi, memperturutkan kesenangan semata. Di tangan mereka yang berjiwa dan bermental demikian itu, ilmu pengetahuan dan teknologi modern memang sangat mengkhawatirkan. Dari sikap mental yang demikian itu kehadiran ilmu pengetahuan dan teknologi telah melahirkan sejumlah problematika masyarakat modern sebagai berikut:
1.      Desintegrasi ilmu pengetahuan
Kehidupan modern antara lain ditandai oleh adanya spesialisasi di bidang ilmu pengetahuan. Masing – masing ilmu pengetahuan memiliki paradigma (cara pandang)nya sendiri dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Jika seseorang menghadapi masalah lalu ia pergi kepada kaum teolog, ilmuwan, politisi, sosiologi, ahli biologi, psikologi, etnologi dan ekonom misalnya, ia akan memberikan jawaban yang berbeda-beda dan terkadang saling bertolak belakang. Hal ini akhirnya dapat membingungkan.
2.      Kepribadian yang terpecah (split personality)
Karena kehidupan masyarakat modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan maka manusianya menjadi pribadi yang terpecah (split personality). Kehidupan manusia modern diatur menurut rumus ilmu yang eksak dan kering. Akibatnya kini tengah menggelinding proses hilangnya kekayaan rohaniah, karena dibiarkanya perluasan ilmu-ilmu positif (ilmu yang hanya mengandalkan fakta-fakta empirik, obyektif, rasional dan terbatas) dan ilmu-ilmu sosial.
3.      Penyalahgunaan iptek
Sebagai akibat dari terlepasnya ilmu pengetahuan dan teknologi dari ikata spiritual, maka iptek telah disalahgunakan dengan segala implikasi negatifnya. Kecanggihan di bidang teknologi komunikasi dan lainnya telah digunakan untuk menggalang kekuatan yang menghancurkan moral umat dan sebagainya.
4.      Pendangkalan Iman
Sebagai akibat lain dari pola pikiran keilmuan, khususnya ilmu-ilmu yang hanya mengaki fakta-fakta yang bersifat empiris menyebabkan manusia dangkal imannya. Ia tidk tersentuh oleh informasi yang diberikan oleh wahyu, bahkan informasi yang dibawa oleh wahyu itu menjadi bahan tertawaan dan dianggap sebagai tidak ilmiah dan kampungan.
5.      Pola hubungan materialistik
Semangat persaudaraan dan rasa saling tolong yang didasarkan atas panggilan iman sudah tidak nampak lagi, karena imannya memang sudah dangkal. Pola hubungan satu dan yang lainnya ditentukan oleh seberapa jauh antara satu dan lainnya dapat memberikan keuntungan yang bersifat material.
6.      Menghalalkan segala cara
Sebagai akibat lebih jauh dari dangkalnya iman dan pola hidup materialistik, maka manusia dengan mudah dapat menggunakan prinsip menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan. Jika hal ini terjadi maka terjadilah kerusakan akhlak dalam segal bidang. Baik ekonomi, politik, sosial dsb.


7.      Strees dan frustasi
Kehidupan modern yang demikian kompetitif menyebabkan manusia harus mengerahkan seluruh pikiran, tenaga dan kemampuanya. Mereka harus bekerja dan bekerja tanpa mengenal batas dan kepuasan. Hasil yang dicapai tidak pernah diyukuri dan selalu merasa kurang. Apalagi jika usahanya gagal maka dengan mudah ia kehilangan pegangan karena memang tidak lagi memiliki pegangan yang kokoh yang berasal dari tuhan.
8.      Kehilangan harga diri dan masa depannya
Terdapat sejumlah orang yang terjerumus atau salah memilih jalan kehidupan. Masa mudanya dihabiskan untuk memperturutkan hawa nafsu dan segala daya dan cara telah ditempuhnya. Namun ada suatu saat di mana ia sudah tua renta tenaganya sudah tidak mendukung, fasilitas dan kemewahan sudah tidak berguna lagi karena fisik dan mentalnya sudah tidak memerlukanya lagi. Manusia yang demikian ini merasa kehilangan harga diri dan masa depanya,. Mereka tidak tau kemana harus melangkah, yang mereka perlukan hanya kekuatan yang berada diluar dirinya, yaitu bantuan dati tuhan.[4]

C.     PERLUNYA PENGEMBANGAN AKHLAK TASAWUF
Banyak cara yang diajukan para ahli untuk mengatasi masalah tersebut, dan salah satu cara yang hampir disepakati para ahli adalah dengan cara mengembangkan kehidupan yang berakhlak dan bertasawuf. Salah satu tokoh yang begitu sungguh-sungguh memperjuangkan akhlak tasawuf  mengatasi masalah tersebut adalah Hussein Nashr. Dalam hal ini Nashr menegaskan “tarikat” atau “jalan rohani” yang biasanya dikenal sebagai tasawuf atau sufisme adalah merupakan dimensi kedalaman dan kerahasiaan (esoteric) dalam islam, sebagaimana syariat berakar pada al-qur’an dan al-sunnah. Ia menjadi jiwa risalah islam, seperti hati yang ada pada tubuh, tersembunyi jauh dari pandangan luar. Betapapun ia tetap merupakan sumber kehidupan yang aling dalam, yang mengatur seluru orgasme keagamaan dalam islam.
Namun demikian penggunaan tasawuf mengatasi sejumlah masalah moral sebagaimana tersebut di atas menghendaki adanya interpretasi baru terhadap tasawuf yang selama ini dipandang sebagai sesuatu yang menyebabkan melemahnya daya juang di kalangan umat islam. Intisari ajaran tasawuf adalah bertujuan memperoleh hubungan dan disadari dengan Tuhan, sehingga seseorang merasa dengan kesadarannya itu berada di hadirat-Nya. Karena melalui tasawuf ini seseorang disadarkan bahwa segala sumber yang ada ini berasal dari Tuhan.
Dengan adanya bantuan tasawuf ini maka ilmu pengetahuan satu dan lainnya tidak akan bertabrakan, karena berada dalam satu jalan dan tujuan.[5] Selanjutnya tasawuf melatih manusia agar memiliki ketajaman batin dan kehalusan budi pekerti. Demikian pula tarikat yng terdapat dalam tasawuf akan membawa manusia memiliki jiwa istiqamah, jiwa yang selalu di isi denga nilai-nilai ketuhanan. Ia selalu mempunyai pegangan dalam hidupnya. Keadaan demikian menyebabkan ia tetab tabah dan tidak mudah terhempas oleh cobaan yang dihadapinya.
Selanjutnya sikap frustasi dan yang lainnya dapat diatasi dengan sikap ridla yang diajarkan dalam tasawuf, yaitu selalu pasrah dan menerima terhadap segala keputusan Tuhan. Ia menyadari bahwa yang Maha Kuasa atas segala sesuatu adalah Tuhan. Demikian pula ajaran uzlah yang terdapat dalam tasawuf, yaitu usaha mengasingkan diri dari terperangkap oleh tipu daya keduniaan, dapat pula dipergunakan untuk membekali manusia modern dari kehidupan, yang tidak tahu lagi arahnya. Tasawuf dengan konsep uzlah itu berusaha membebaskan manusia dari perangkap-perangkap kehidupan yang memperbudaknya. Ini berarti manusia tersebut tetap mengendalikan aktifitasnya ssuai dengan nilai-nilai ketuhanan,Dan bukan sebaliknys larut dalam pengaruh keduniaan.
Di balik kemajuan ilmu teknologi, dunia modern sesungguhnya menyimpan suatu potensi yang dapat menghancurkan mertabat manusia. Untuk menyelamatkanya perlu tasawuf yang wujud konkretnya dalam akhlak yang mulia. Terakhir problema masyarakat modern di ats adalah adanya sejumlah manusia yang kehilangan masa depannya. Untuk ini ajaran akhlak tasawuf yang berkenaan dengan ibadah, zikir, taubat, dan berdo’a menjadi penting adanya, sehingga tetap mempunyai harapan, yaitu bahagia bahagia hidup di akhirat nanti. Tasawuf akhlak memberi kesempatan bagi penyelamatan manusia, maka tasawuf dengan sistem yang diakui paling kuat untuk manusia dengan Tuhan, ajaran akhlak tasawuf mengatasi problematika kehidupan masyarakat modern saat ini, dan dijadikan suatu alternatif terpenting.

D.    KESIMPULAN
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di masa modern ini, memberikan manfaat besar pada msyarakat, baik dibidang teknologi maupun yang lainnya, sehingga dapat mempermudahkan segala intraksi dan komunukasi dalam msyarakat. Namun dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi ini, perilaku masyarakat semakin rusak dan tidak jarang masyarakat kehilangan jatidirinya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, cara yang hampir disepakati para ahli terutama para ilmuan islam adalah dengan cara mengembangkan kehidupan berahlak dan bertasawuf.


DAFTAR PUSTAKA

W.J.S.poerdarminta, kamus umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka,1996)
Abuddin Nata, Akhlak tasawuf, (Jakarta: PT Rajagrafindo p, 1996)
M. Quraish Shihab, Wawsan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996)








[1] W.J.S.Poerdaminta kamus umum Bahasa Indonesia,(Jakarta: balai pustaka, 1991)
[2] Abuddin nata, akhlak tasawuf, (jakarta: raja grafindo, 1996) hlm. 279
[3] Abuddin nata, akhlak tasawuf, (jakarta: raja grafindo, 1996) hlm. 279-280
[4] Ibid, hlm. 289-292
[5] M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), hlm376

0 komentar on "MAKALAH MANFAAT TASAWUF DALAM KEHIDUPAN MODERN"

Posting Komentar

MAKALAH MANFAAT TASAWUF DALAM KEHIDUPAN MODERN



PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN MASYARAKAT MODERN
Masyarakat modern terdiri dari dua kata, yaitu masyarakat dan modern. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta mengartikan sebagai pergaulan hidup manusia (hipunan orang yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tentu).[1] Sedangkan modern diartikan yang terbaru, secara baru, mutakhir. Dengan demikian secara harfiah masyarakat modern berarti suatu himpunan orang yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu yang bersifat mutakhir. Dengan demikian secara harfiah masyarakat modern berarti suatu himpunan orang yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu yang bersifat mutakhir.[2]
Masyarakat modern selanjutnya sering disebutkan sebagai lawan dari masyarakat tradisional. Delia Noer misalnya menyebutkan ciri-ciri modern sebagai berikut:
1.      Bersifat rasional, yakni lebih mengutamakan pendapat akal pikiran, daripada pendapat emosi.
2.      Berfikir untuk masa depan yang lebih jauh, tidak hanya memikirkan masalah yang bersifat sesaat.
3.      Menghargai waktu, yaitu selalu melihat bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat berharga.
4.      Bersikap terbuka, yakni mau menerima saran dan masukan.
5.      Berfikir obyektif, yakni melihat segala sesuatu dari sudut fungsi dan kegunaanya bagi masyarakat.[3]

B.     PROBLEMATIKA MASYARAKAT MODERN
Penggunaan iptek modern yang demikian itu masih lebih banyak dikendalikan oleh orang-orang yang secara moral kurang dapat dipertanggungjawabkan. Sikap hidup yang mengutamakan materi, memperturutkan kesenangan semata. Di tangan mereka yang berjiwa dan bermental demikian itu, ilmu pengetahuan dan teknologi modern memang sangat mengkhawatirkan. Dari sikap mental yang demikian itu kehadiran ilmu pengetahuan dan teknologi telah melahirkan sejumlah problematika masyarakat modern sebagai berikut:
1.      Desintegrasi ilmu pengetahuan
Kehidupan modern antara lain ditandai oleh adanya spesialisasi di bidang ilmu pengetahuan. Masing – masing ilmu pengetahuan memiliki paradigma (cara pandang)nya sendiri dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Jika seseorang menghadapi masalah lalu ia pergi kepada kaum teolog, ilmuwan, politisi, sosiologi, ahli biologi, psikologi, etnologi dan ekonom misalnya, ia akan memberikan jawaban yang berbeda-beda dan terkadang saling bertolak belakang. Hal ini akhirnya dapat membingungkan.
2.      Kepribadian yang terpecah (split personality)
Karena kehidupan masyarakat modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan maka manusianya menjadi pribadi yang terpecah (split personality). Kehidupan manusia modern diatur menurut rumus ilmu yang eksak dan kering. Akibatnya kini tengah menggelinding proses hilangnya kekayaan rohaniah, karena dibiarkanya perluasan ilmu-ilmu positif (ilmu yang hanya mengandalkan fakta-fakta empirik, obyektif, rasional dan terbatas) dan ilmu-ilmu sosial.
3.      Penyalahgunaan iptek
Sebagai akibat dari terlepasnya ilmu pengetahuan dan teknologi dari ikata spiritual, maka iptek telah disalahgunakan dengan segala implikasi negatifnya. Kecanggihan di bidang teknologi komunikasi dan lainnya telah digunakan untuk menggalang kekuatan yang menghancurkan moral umat dan sebagainya.
4.      Pendangkalan Iman
Sebagai akibat lain dari pola pikiran keilmuan, khususnya ilmu-ilmu yang hanya mengaki fakta-fakta yang bersifat empiris menyebabkan manusia dangkal imannya. Ia tidk tersentuh oleh informasi yang diberikan oleh wahyu, bahkan informasi yang dibawa oleh wahyu itu menjadi bahan tertawaan dan dianggap sebagai tidak ilmiah dan kampungan.
5.      Pola hubungan materialistik
Semangat persaudaraan dan rasa saling tolong yang didasarkan atas panggilan iman sudah tidak nampak lagi, karena imannya memang sudah dangkal. Pola hubungan satu dan yang lainnya ditentukan oleh seberapa jauh antara satu dan lainnya dapat memberikan keuntungan yang bersifat material.
6.      Menghalalkan segala cara
Sebagai akibat lebih jauh dari dangkalnya iman dan pola hidup materialistik, maka manusia dengan mudah dapat menggunakan prinsip menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan. Jika hal ini terjadi maka terjadilah kerusakan akhlak dalam segal bidang. Baik ekonomi, politik, sosial dsb.


7.      Strees dan frustasi
Kehidupan modern yang demikian kompetitif menyebabkan manusia harus mengerahkan seluruh pikiran, tenaga dan kemampuanya. Mereka harus bekerja dan bekerja tanpa mengenal batas dan kepuasan. Hasil yang dicapai tidak pernah diyukuri dan selalu merasa kurang. Apalagi jika usahanya gagal maka dengan mudah ia kehilangan pegangan karena memang tidak lagi memiliki pegangan yang kokoh yang berasal dari tuhan.
8.      Kehilangan harga diri dan masa depannya
Terdapat sejumlah orang yang terjerumus atau salah memilih jalan kehidupan. Masa mudanya dihabiskan untuk memperturutkan hawa nafsu dan segala daya dan cara telah ditempuhnya. Namun ada suatu saat di mana ia sudah tua renta tenaganya sudah tidak mendukung, fasilitas dan kemewahan sudah tidak berguna lagi karena fisik dan mentalnya sudah tidak memerlukanya lagi. Manusia yang demikian ini merasa kehilangan harga diri dan masa depanya,. Mereka tidak tau kemana harus melangkah, yang mereka perlukan hanya kekuatan yang berada diluar dirinya, yaitu bantuan dati tuhan.[4]

C.     PERLUNYA PENGEMBANGAN AKHLAK TASAWUF
Banyak cara yang diajukan para ahli untuk mengatasi masalah tersebut, dan salah satu cara yang hampir disepakati para ahli adalah dengan cara mengembangkan kehidupan yang berakhlak dan bertasawuf. Salah satu tokoh yang begitu sungguh-sungguh memperjuangkan akhlak tasawuf  mengatasi masalah tersebut adalah Hussein Nashr. Dalam hal ini Nashr menegaskan “tarikat” atau “jalan rohani” yang biasanya dikenal sebagai tasawuf atau sufisme adalah merupakan dimensi kedalaman dan kerahasiaan (esoteric) dalam islam, sebagaimana syariat berakar pada al-qur’an dan al-sunnah. Ia menjadi jiwa risalah islam, seperti hati yang ada pada tubuh, tersembunyi jauh dari pandangan luar. Betapapun ia tetap merupakan sumber kehidupan yang aling dalam, yang mengatur seluru orgasme keagamaan dalam islam.
Namun demikian penggunaan tasawuf mengatasi sejumlah masalah moral sebagaimana tersebut di atas menghendaki adanya interpretasi baru terhadap tasawuf yang selama ini dipandang sebagai sesuatu yang menyebabkan melemahnya daya juang di kalangan umat islam. Intisari ajaran tasawuf adalah bertujuan memperoleh hubungan dan disadari dengan Tuhan, sehingga seseorang merasa dengan kesadarannya itu berada di hadirat-Nya. Karena melalui tasawuf ini seseorang disadarkan bahwa segala sumber yang ada ini berasal dari Tuhan.
Dengan adanya bantuan tasawuf ini maka ilmu pengetahuan satu dan lainnya tidak akan bertabrakan, karena berada dalam satu jalan dan tujuan.[5] Selanjutnya tasawuf melatih manusia agar memiliki ketajaman batin dan kehalusan budi pekerti. Demikian pula tarikat yng terdapat dalam tasawuf akan membawa manusia memiliki jiwa istiqamah, jiwa yang selalu di isi denga nilai-nilai ketuhanan. Ia selalu mempunyai pegangan dalam hidupnya. Keadaan demikian menyebabkan ia tetab tabah dan tidak mudah terhempas oleh cobaan yang dihadapinya.
Selanjutnya sikap frustasi dan yang lainnya dapat diatasi dengan sikap ridla yang diajarkan dalam tasawuf, yaitu selalu pasrah dan menerima terhadap segala keputusan Tuhan. Ia menyadari bahwa yang Maha Kuasa atas segala sesuatu adalah Tuhan. Demikian pula ajaran uzlah yang terdapat dalam tasawuf, yaitu usaha mengasingkan diri dari terperangkap oleh tipu daya keduniaan, dapat pula dipergunakan untuk membekali manusia modern dari kehidupan, yang tidak tahu lagi arahnya. Tasawuf dengan konsep uzlah itu berusaha membebaskan manusia dari perangkap-perangkap kehidupan yang memperbudaknya. Ini berarti manusia tersebut tetap mengendalikan aktifitasnya ssuai dengan nilai-nilai ketuhanan,Dan bukan sebaliknys larut dalam pengaruh keduniaan.
Di balik kemajuan ilmu teknologi, dunia modern sesungguhnya menyimpan suatu potensi yang dapat menghancurkan mertabat manusia. Untuk menyelamatkanya perlu tasawuf yang wujud konkretnya dalam akhlak yang mulia. Terakhir problema masyarakat modern di ats adalah adanya sejumlah manusia yang kehilangan masa depannya. Untuk ini ajaran akhlak tasawuf yang berkenaan dengan ibadah, zikir, taubat, dan berdo’a menjadi penting adanya, sehingga tetap mempunyai harapan, yaitu bahagia bahagia hidup di akhirat nanti. Tasawuf akhlak memberi kesempatan bagi penyelamatan manusia, maka tasawuf dengan sistem yang diakui paling kuat untuk manusia dengan Tuhan, ajaran akhlak tasawuf mengatasi problematika kehidupan masyarakat modern saat ini, dan dijadikan suatu alternatif terpenting.

D.    KESIMPULAN
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di masa modern ini, memberikan manfaat besar pada msyarakat, baik dibidang teknologi maupun yang lainnya, sehingga dapat mempermudahkan segala intraksi dan komunukasi dalam msyarakat. Namun dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi ini, perilaku masyarakat semakin rusak dan tidak jarang masyarakat kehilangan jatidirinya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, cara yang hampir disepakati para ahli terutama para ilmuan islam adalah dengan cara mengembangkan kehidupan berahlak dan bertasawuf.


DAFTAR PUSTAKA

W.J.S.poerdarminta, kamus umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka,1996)
Abuddin Nata, Akhlak tasawuf, (Jakarta: PT Rajagrafindo p, 1996)
M. Quraish Shihab, Wawsan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996)








[1] W.J.S.Poerdaminta kamus umum Bahasa Indonesia,(Jakarta: balai pustaka, 1991)
[2] Abuddin nata, akhlak tasawuf, (jakarta: raja grafindo, 1996) hlm. 279
[3] Abuddin nata, akhlak tasawuf, (jakarta: raja grafindo, 1996) hlm. 279-280
[4] Ibid, hlm. 289-292
[5] M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), hlm376

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

 

ChieZcHuA ChUtEzZ Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal