BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar belakang
Kajian
mengenai masalah i’jaz pada dasarnya kajian tentang karakteristik teks yang
membedakanya dari teks-teks lain dalam kebudayaan, dan yang menjadikanya lebih
unggul daripada teks-teks tersebut. Fenomena al-Quran sebagai mu’jizat, berikut segala segi dan
fungsinya, akan banyak ditelaah dalam tulisan ini. Pembahasan al-Quran sebagai
mu’jizat oleh para ulama masih menyisahkan perbedaan pendapat tentang derivasi
serta domain kemu’jizatan al-Quran ditambah lagi munculnya pendapat yang
cenderung melimitasi pada segi kemu’jizatan dengan menafikan segi yang lain.
Berangkat dari sini, penulis
bermaksud untuk mengkaji beberapa segi kemukjizatan al-Quran yang diharapkan
dapat menampilkan keterwakilan seluruh pergolakan pendapat dan pemikiran yang
bergulir disekitar obyek telaah kemu’jizatan al-Quran.
Sudah menjadi kelaziman dari munculnya seorang rasul dengan seruan agama
baru untuk disertai dengan mukjizat. Dengan mu’jizat itu seorang rasul
baru diberdayakan oelh Allah untuk sanggup membalikkan pandangan umatnya yang
sedang mengalamai fase keterkaguman dengan salah satu aspek kehidupan
keduniaan, menuju jalan agama Allah yang lurus. Sejarah nabi dan rasul
menunjukkan kebhinekaan corak mu’jizat yang tidak lain sebagai respon logis
dari tuntutan realitas kehidupan umat.
2.
Rumusan masalah
1. Menjelaskan
tentang pengertian i’jazil Al-qur’an?
2. Menjelaskan
tentang tujuan-tujuan i’jazil Al-qur’an?
3. Menjelaskan
kapasitas atau kadar kemukjizatan Al-qur’an?
4. Menyebutkan
aspek-aspek i’jazil Al-qur’an?
3. Tujuan
Tujuan pemakalah disini adalah untuk memberikan sedikit pemaparan tentang
i’jazil Al-qur’an, dan dalam makalah ini pula penulis memberikan penjelasan
tentang pengertian i’jazil Al-qur’an, selain itu memberikan penjelasan tentang
tujuan-tujuan i’jazil Al-qur’an dan memberikan penjelasan tentang kapasitas
atau bisa disebut dengan kadar i’jazil Al-qur’an serta menyebutkan aspek-aspek
apa saja yang ada pada i’jazil
Al-qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian i’jaz ( kemukjizatan Al-qur’an)
a.
Pengertian i’jaz
Menurut bahasa kata i’jaz adalah
mashdar dari kata kerja a’jaza, yang berarti melemahkan. Kata a’jaza ini
termasuk fi’il ruba’i mazid yang berasal dari fi’il tsulatsi mujarrad ajaza
yang berarti lemah, lawan dari qadara yang berarti kuat/ mampu.[1]
Ini sejalan dengan firman Allah SWT yang berbunyi:
أَعْجَزَتُ أَنْ أَكُوْنَ مِثْلَ هَذَاالْغُرَابِ فَأُوَارِيَ سَوْءَةَ أَخِيْ (المائدة: 31
Artinya: “…Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini” (QS. Al Maidah (5): 31)
أَعْجَزَتُ أَنْ أَكُوْنَ مِثْلَ هَذَاالْغُرَابِ فَأُوَارِيَ سَوْءَةَ أَخِيْ (المائدة: 31
Artinya: “…Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini” (QS. Al Maidah (5): 31)
Sebab, kitab al-qur’an telah menantang
pujangga-pujangga arab untuk membuat kitab yang seperti al-qur’an, tetapi dari
dulu sampai sekarang tidak ada yang mampu membuat tandingan itu. Padahal
tantangan al-qur’an itu sudah berkali-kali diturunkan, dan yang disuruh
menandingi seluruh isi al-qur’an, dikurangi hanya supaya menandingi 10 surah
saja, sampai terakhir hanya diminta membuat tandingan sebuah surah saja pun
tidak ada yang mampu menandinginya.
Karena itu al-qur’an
benar-benar i’jaz atau benar-benar melemahkan manusia seluruhnya, tak ada
seorang pun yang bisa menandingi tantangannya.[2]
Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz. Bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat
menonjol sehingga mampu membungkam lawan, ia dinamai mujizat. Mukjizat
didefinisikan oleh pakar agama Islam, antara lain sebagai suatu hal atau
peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku Nabi, sebagai
bukti kenabiannya sebagai tantangan bagi orang ragu, untuk melakukan atau
mendatangkan hal serupa, tetapi tidak melayani tantangan itu.
Dengan redaksi yang berbeda, mukjizat
didefinisikan pula sebagai suatu yang luar biasa yang diperlihatkan Allah SWT.
Melalui para Nabi dan Rasul-Nya, sebagai bukti atas kebenaran pengakuan
kenabian dan kerasulannya.
Mu’jizat menurut bahasa ialah suatu hal yang luar
biasa, ajaib atau menakjubkan. Menurut istilah mukjizat ialah sesuatu yang
melemahkan manusia baik sendiri ataupun kolektif untuk mendatangkan sesuatu
yang menyerupai/menyamainya yang hanya diberikan kepada Nabi/Rasul Allah.
Mukjizat itu merupakan hal yang tidak sama dengan biasanya, yang menyebabkan
orang tidak dapat mendatangkan yang menyamainya.
Jadi mukjizat itu merupakan barang yang
mu’jiz, atau yang melemahkan orang sehingga tidak dapat menandinginya. Ada yang
berusaha menandinginya, tetapi tidak dapt memenangkan pertandingan itu.
Mukjizat merupakan karunia Allah SWT yang diberikan kepada Nabi/Rasul, sehingga
tidak mungkin ada manusia yang dapat menandinginya.[3]
2. Tujuan I’jazil
Qur’an
Dari pengertian
i’jaz dan mu’jizat di atas, dapat diketahui beberapa tujuan i’jazil al-qur’an,
diantaranya adalah:
a.
Membuktikan bahwa Nabi Muhammad SAW yang membawa al-qur’an
itu adalah benar-benar seorang Nabi/Rasul Allah.
b.
Membuktikan bahwa kitab al-qur’an itu adalah
benar-benar wahyu Allah SWT, bukan buatan malaikat Jibril dan bukan tulisan
Nabi Muhammad SAW.
c.
Menunjukkan kelemahan mutu sastra dan balaghah
bahasan manusia, karena terbukti pakar-pakar pujangga sastra dan seni bahasa
arab tidak ada yang mampu mendatangkan kitab tandingan yang sama seperti
al-qur’an.
d.
Menunjukkan kelemahan daya upaya dan rekayasa umat
manusia yang tidak sebanding dengan keangkuhan dan kesombonganya.[4]
3. Kapasitas
kemukjizatan Al-qur’an
Yang dimaksud dengan kapasitass
kemukjizatan Al-qur’an ialah kadar yang menjadi mu’jizat dari kitab al-qur’an
itu. Kitab suci al-qur’an ini sudah 15 abad lalu mencanangkan tantangan kepada
orang-orang yang mengingkari al-qur’an, yakni minta untuk ditandingi dengan
membuat kitab yang sama seperti al-qur’an itu. Hal tersebut selain menunjukkan
kitab suci ini, juga sekaligus menunjukkan kemukjizatan kitav suci ini, juga
sekaligus menunjukkan kebenaran al-qur’an, bahwa tidak ada seorang jin ataupun
manusia yang sanggup membuat kitab yang seperti al-qur’an ini.
Sebagaimana
tertuang dalam surat Al-Isra ayat 88:
قل لئن اجتمعت الا نس والحنّ على ان يا توا بمثل هذا القران لا ياتون بمثله
ولو كان بعضهم لبعض ظهيرا (الاسراء:88)
Artinya :
“katakanlah: “ sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa dengan Al-qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang
serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian
yang lain”.[5]
Terdapat tiga tantangan yang
dicanangkan untuk menandingi kapasitas kemukjizatan Al-qur’an, namun sungguh
sangat mengherankan karena tidak ada satupun tantangan yang mampu melawan kapasitas
kemukjizatan al-qur’an, padahal tantangan itu telah tiga kali diubah dan
diturunkan kapasitasnya, diantara lain adalah:
a.
Tantangan pertama
Mula-mula al-qur’an menantang orang-oranh yang
mengingkari kewahyuanya itu supaya membuat kitab tandingan yang sama seperti
seluruh isinya. Yakni, mereka yang menuduh al-qur’an itu buatan Nabi muhammad
SAW itu supaya membuat kitab yang sama seperti al-qur’an itu seluruhnya.
Tantangan pertama tidak terlawan, memang sangat
berat utuk melawan tantangan pertama ini. Sebab, harus membuat kitab tandingan
yang besar, lengkap, dan komplit. Sangat wajar jika tidak ada seorang pun yang
mampu melawan atau menandingi al-qur’an.
b.
Tantangan kedua
Karena tidak ada seorang pun isa melawan tantangan
al-qur’an yang pertama, karena terlalu berat, maka dikurangi, sebelumnya harus
membuat kitab tandingan yang sama dengan seluruh Al-qur’an, lalu diturunkan
hanya membuat tandingan yang sama dengan 10 surah seperti Al-qur’an.
c.
Tantangan ketiga
Jika tantangan Al-qur’an yang kedua ini masih juga
dianggap berat, karena harus membuat sekian banyak surah yang harus sama dengan
Al-qur’an itu , maka tantangan itu diringankan lagi. Yakni hanya disuruh
membuat tandingan satu surah saja yang sama dengan surah Al-qur’an.[6]
4. Aspek-aspek
kemukjizatan al-qur’an
Terdapat tiga
aspek dalam kemukjizatan Al-qur’an, antara lain adalah:
a.
Kemukjizatan bahasa
Betapa
menakjubkan rangkaian dan betapa indah susunanya. Tak ada kontradiksi dan
perbedaan di dalamnya, padahal ia membeberkan banyak segi yang dicakupnya,
seperti kisah dan nasihat, argumentasi, hikmah dan hukum serta akhlak mulia,
budi pekerti dan lain sebagainya.[7]
Al-qur’an telah mencapai puncak yang tertinggi
dalam memuatkan i’jaz bahasanya, sehingga diantaranya menyebabkan:
1.
Pakar-pakar bahasa arab jadi lemah menghadapinya.
2.
Membisukan lidah pakar ilmu bayan.
3.
Pakar-pakar penyair natsar jadi keheran-heranan
menghadapinya.
4.
Akal merasa heran dan dahsyat melihat susunan
kalimat yang memukau.
5.
Terhenti akal berfikir menghadapi ungkapanya.[8]
b.
Kemukjizatan ilmiah
Kemukjizatan
ilmiah qur’an bukanlah terletak pada pencakupannya akan teori-teori ilmiah yang
selalu baru da berubah serta merupakan hasil usaha manusia dalam penelitian dan
pengamatan. Tetapi ia terletak pada doronganya untuk berfikir dan mengunakan
akal. Qur’a mendorong manusia agar memperhatikan dan memikirkan alam. Qur’an
menjadikan pemikiran yang lurus dan perhatian yang tepat terhadap alam dan
segala apa yang ada di dalamnya sebagai sarana terbesar untuk beriman kepada
Allah. Qur’an membangkitkan pada diri setiap muslim kesadaran ilmiah untuk
memikirkan, memahami dan menggunakan akal.
Di dalam Al-qur’an terdapat hal-hal ilmiah dan
perbandingan-perbandingan yang tidak akan ditemukan dari makhluk, antara lain
ialah:
1.
Sesungguhnya Allah SWT tidak menjadikan ilmu alam
ini sebagai pokok bicara Al-qur’an, karena ilmu itu tunduk di bawah
undang-undang perkembangan dan kemajuan.
2.
Al-qur’an hanya mengajak kepada ilmu-ilmu alam itu
dari segi supaya memperhatikanya, membahasnya, dan menggunakanya. Sebab disana
terdapat hal-hal yang memberikan nikmat dan dijadikan pemandangan atau
perbandingan.
Seperti firmanya adalah:
قل نظرواماذافى االسّموت والارض
(يونس: 101)
Artinya :” perhatikanlah apa yang ada pada semua langit dan bumi.”
(yunus:101) [9]
c.
Kemukjizatan tasyrii’iy
Al-qur’an
mulai dengan mendidikan perorangan atau individu, karena ia adalah dasar dalam
membentuk masyarakat dan mendidiknya dalam memerdekakan daya nalarnya,serta
generasi penerusnya. Al-qur’an memberikan pembinaan akidah tauhid yang bersih
dari pengaruh keragu-raguan, syirik, melarang suatu hal yang termasuk
memperhambakan diri pada hawa nafsu dan syahwat, sehingga dia benar-benar
menjadi hamba Allah yang bersih. Qur’an menganjurkan semua sifat keutamaan
ideal yag melatih jiwa dengan pengontrol agama, seperti sabar, jujur, adil,
berbuat baik, santun, maaf dan tawadu’.[10]
5.
Beberapa Pendapat Mengenai
I‘Jaaz Al-Qur’an
a.
Yang pertama menurut
Annizhaam dan orang yang mengikutinya dari golongan Syi’ah, seperti
Murtha berpendapat, bahwa: I’jaaz Al Qur’an dalam bentuk asshirfatu atau berterus terang. Maksudnya, bahwa Allah SWT
menghadang orang yang menentang Al Qur’an, di samping mereka merasa hebat. Ini berbentuk khaariqul ‘aadati (luar
biasa) dan tidak berdaya dari mereka ilmu yang mereka butuhkan dalam
melawannya.
b.
Yang kedua Al Qur’an
mempunyai balaghah yang belum pernah terjangkau sebelumnya.
c.
Yang ketiga I’jaaz yang
terdapat dalam Al Qur’an, ialah karena ia memuat Albadii’ yang aneh dan berlaina dari yang selama ini dikenal dalam kalimat bahasa Arab,
seperti terdapat fasal-fasal atau pemotongan-pemotongan kalimatnya.
d.
Yang keempat Al Qur’an
mempunyai mukjizat yang banyak memuat ilmu-ilmu yang bermacam-macam,
seperti mengenai:
1.
Ilmu yang bermacam-macam
2.
Hikmah yang indah
3.
Hakikat sesuatu
4.
Pengertianya
5.
Lafal dan struktur kalimatnya
6.
Uraian dan pengaturanya
7.
Ilmu pengetahuan yang dimuatnya
8.
Pengaturan hukumnya
9.
Menjaga hak-hak asasi manusia
e.
Serta kelima yang
lain berpendapat, bahwa I’Jaaz Al Qur’an ialah dapat mengabarkan
kejadian-kejadian pada masa yang silam, sejak mula/awal penciptaan oleh Allah
SWT.[11]
BAB III
KESIMPULAN
Dari makalah dapat di ambil kesimpulan bahwa Al-Qur'an ini adalah Mukjizat
terbesar yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Kita tahu bahwa setiap
Nabi diutus Allah selalu dibekali mukjizat untuk meyakinkan manusia yang ragu
dan tidak percaya terhadap pesan atau misi yang
dibawa oleh Nabi.
Mukjizat ini selalu dikaitkan dengan
perkembangan dan keahlian masyarakat yang dihadapi tiap-tiap Nabi, setiap
mukjizat bersifat menantang baik secara tegas maupun tidak, oleh karena itu
tantangan tersebut harus dimengerti oleh orang-orang yang ditantangnya itulah
sebabnya jenis mukjizat yang diberikan kepada para Nabi selalu disesuaikan
dengan keahlian masyarakat yang dihadapinya dengan tujuan sebagai pukulan yang
mematikan bagi masyarakat yang ditantang tersebut.
Demikianlah dalam hal ini
penulis akhiri makalah ini tak lupa mohon maaf kepada semua pihak, kritik dan
saran penulis harapkan demi perbaikan penulisan makalah ini selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nashr hamid abu zaid, tekstualitas Al-qur’an.
Bandung: PT LKIS Pelangi Aksara. 2001
Masyhur, kahar, pokok-pokok ulumul qur’an.
Jakarta : Rineka cipta. 1992
Manna’ khalil Al- qattan, study ilmu-ilmu
Al-qur’an. Bogor: Pustaka litera antar nusa. 2011
Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, study
Al-qur’an.
Surabaya : IAIN Press. 2011
Abdul, djalal, Ulumul Qur’an. Surabaya :
dunia ilmu . 2008
[1] Abdul, djalal, Ulumul Qur’an.
Surabaya : dunia ilmu . 2008.hl. 267
[2] Ibid , hl. 268
[3] Abdul, djalal, Ulumul Qur’an.
Surabaya : dunia ilmu . 2008. Hl.268-269
[4] Ibid , hl.270
[5] Abdul, djalal, Ulumul Qur’an.
Surabaya : dunia ilmu . 2008
[6] Abdul, djalal, Ulumul Qur’an.
Surabaya : dunia ilmu . 2008
[7] Manna’ khalil Al- qattan, study
ilmu-ilmu Al-qur’an. Bogor: Pustaka litera antar nusa. 2011. hl.379
[8] Masyhur, kahar, pokok-pokok ulumul
qur’an. Jakarta : Rineka cipta. 1992. hl.147
[9] Masyhur, kahar, pokok-pokok ulumul
qur’an. Jakarta : Rineka cipta. 1992. hl.150
[10] Manna’ khalil Al- qattan, study
ilmu-ilmu Al-qur’an. Bogor: Pustaka litera antar nusa. 2011 hl.393
[11] Masyhur, kahar, pokok-pokok ulumul
qur’an. Jakarta : Rineka cipta. 1992 hl.145-147